Pulau Papua terbentuk akibat aktivitas tektonik antara Lempeng Australia dengan
Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik ini menyebabkan pembentukan sabuk
perlipatan yang intensif, salah satunya Lengguru Fold-Thrust Belt (LFTB). Namun,
daerah LFTB belum dieksplorasi secara menyeluruh karena kondisi geologi yang
kompleks. Wilayah ini merupakan daerah tropis dengan topografi tinggi yang
tersusun atas litologi batugamping. Hal ini menyebabkan akuisisi data dan
pengolahan data berupa data seismik dan data berbasis citra sulit untuk dilakukan.
Penelitian ini menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dan gayaberat
dalam analisis struktur geologi daerah penelitian. Analisis struktur geologi ini
bertujuan untuk mengetahui sikuen struktur, perkembangan rekahan,
perkembangan struktur, dan total deformasi pada daerah penelitian. Penentuan
sikuen struktur, hubungan rekahan dengan struktur geologi, dan perkembangan
struktur berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat. Metode penentuan total
deformasi menggunakan rekonstruksi palinspastik pada penampang seimbang.
Berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat, didapatkan struktur yang
berkembang merupakan fold-thrust belt (FTB) yang melibatkan batuan dasar atau
thick-skinned style dengan pendangkalan batuan dasar di daerah barat daya.
Deformasi yang terjadi di daerah penelitian membentuk sikuen struktur. Sikuen
struktur tersebut yaitu deformasi kompresional membentuk sesar-sesar anjak
berarah barat laut-tenggara dipotong oleh sesar geser dan sesar normal berarah
timur laut-barat daya diakhiri oleh pembentukan sesar geser yang dibuktikan dari
terbentuknya pola en-echelon km-scale di barat laut. Struktur geologi yang
terbentuk akan berkorelasi dengan perkembangan rekahan. Dari analisis rekahan,
didapatkan hubungan yang positif antara intensitas rekahan dan parameter antiklin
(tinggi dan lebar antiklin). Intensitas rekahan juga dipengaruhi oleh munculnya
sesar di permukaan yang menciptakan zona hancuran. Deformasi yang membentuk
sikuen struktur dan rekahan dianalisis untuk mengetahui total deformasi yang
terjadi di daerah penelitian. Dari rekonstruksi palinspastik, didapatkan total
pemendekan yaitu 25,9% dengan panjang deformasi 38 km.Pulau Papua terbentuk akibat aktivitas tektonik antara Lempeng Australia dengan
Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik ini menyebabkan pembentukan sabuk
perlipatan yang intensif, salah satunya Lengguru Fold-Thrust Belt (LFTB). Namun,
daerah LFTB belum dieksplorasi secara menyeluruh karena kondisi geologi yang
kompleks. Wilayah ini merupakan daerah tropis dengan topografi tinggi yang
tersusun atas litologi batugamping. Hal ini menyebabkan akuisisi data dan
pengolahan data berupa data seismik dan data berbasis citra sulit untuk dilakukan.
Penelitian ini menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dan gayaberat
dalam analisis struktur geologi daerah penelitian. Analisis struktur geologi ini
bertujuan untuk mengetahui sikuen struktur, perkembangan rekahan,
perkembangan struktur, dan total deformasi pada daerah penelitian. Penentuan
sikuen struktur, hubungan rekahan dengan struktur geologi, dan perkembangan
struktur berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat. Metode penentuan total
deformasi menggunakan rekonstruksi palinspastik pada penampang seimbang.
Berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat, didapatkan struktur yang
berkembang merupakan fold-thrust belt (FTB) yang melibatkan batuan dasar atau
thick-skinned style dengan pendangkalan batuan dasar di daerah barat daya.
Deformasi yang terjadi di daerah penelitian membentuk sikuen struktur. Sikuen
struktur tersebut yaitu deformasi kompresional membentuk sesar-sesar anjak
berarah barat laut-tenggara dipotong oleh sesar geser dan sesar normal berarah
timur laut-barat daya diakhiri oleh pembentukan sesar geser yang dibuktikan dari
terbentuknya pola en-echelon km-scale di barat laut. Struktur geologi yang
terbentuk akan berkorelasi dengan perkembangan rekahan. Dari analisis rekahan,
didapatkan hubungan yang positif antara intensitas rekahan dan parameter antiklin
(tinggi dan lebar antiklin). Intensitas rekahan juga dipengaruhi oleh munculnya
sesar di permukaan yang menciptakan zona hancuran. Deformasi yang membentuk
sikuen struktur dan rekahan dianalisis untuk mengetahui total deformasi yang
terjadi di daerah penelitian. Dari rekonstruksi palinspastik, didapatkan total
pemendekan yaitu 25,9% dengan panjang deformasi 38 km.