digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pulau Papua terbentuk akibat aktivitas tektonik antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik ini menyebabkan pembentukan sabuk perlipatan yang intensif, salah satunya Lengguru Fold-Thrust Belt (LFTB). Namun, daerah LFTB belum dieksplorasi secara menyeluruh karena kondisi geologi yang kompleks. Wilayah ini merupakan daerah tropis dengan topografi tinggi yang tersusun atas litologi batugamping. Hal ini menyebabkan akuisisi data dan pengolahan data berupa data seismik dan data berbasis citra sulit untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dan gayaberat dalam analisis struktur geologi daerah penelitian. Analisis struktur geologi ini bertujuan untuk mengetahui sikuen struktur, perkembangan rekahan, perkembangan struktur, dan total deformasi pada daerah penelitian. Penentuan sikuen struktur, hubungan rekahan dengan struktur geologi, dan perkembangan struktur berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat. Metode penentuan total deformasi menggunakan rekonstruksi palinspastik pada penampang seimbang. Berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat, didapatkan struktur yang berkembang merupakan fold-thrust belt (FTB) yang melibatkan batuan dasar atau thick-skinned style dengan pendangkalan batuan dasar di daerah barat daya. Deformasi yang terjadi di daerah penelitian membentuk sikuen struktur. Sikuen struktur tersebut yaitu deformasi kompresional membentuk sesar-sesar anjak berarah barat laut-tenggara dipotong oleh sesar geser dan sesar normal berarah timur laut-barat daya diakhiri oleh pembentukan sesar geser yang dibuktikan dari terbentuknya pola en-echelon km-scale di barat laut. Struktur geologi yang terbentuk akan berkorelasi dengan perkembangan rekahan. Dari analisis rekahan, didapatkan hubungan yang positif antara intensitas rekahan dan parameter antiklin (tinggi dan lebar antiklin). Intensitas rekahan juga dipengaruhi oleh munculnya sesar di permukaan yang menciptakan zona hancuran. Deformasi yang membentuk sikuen struktur dan rekahan dianalisis untuk mengetahui total deformasi yang terjadi di daerah penelitian. Dari rekonstruksi palinspastik, didapatkan total pemendekan yaitu 25,9% dengan panjang deformasi 38 km.Pulau Papua terbentuk akibat aktivitas tektonik antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik ini menyebabkan pembentukan sabuk perlipatan yang intensif, salah satunya Lengguru Fold-Thrust Belt (LFTB). Namun, daerah LFTB belum dieksplorasi secara menyeluruh karena kondisi geologi yang kompleks. Wilayah ini merupakan daerah tropis dengan topografi tinggi yang tersusun atas litologi batugamping. Hal ini menyebabkan akuisisi data dan pengolahan data berupa data seismik dan data berbasis citra sulit untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) dan gayaberat dalam analisis struktur geologi daerah penelitian. Analisis struktur geologi ini bertujuan untuk mengetahui sikuen struktur, perkembangan rekahan, perkembangan struktur, dan total deformasi pada daerah penelitian. Penentuan sikuen struktur, hubungan rekahan dengan struktur geologi, dan perkembangan struktur berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat. Metode penentuan total deformasi menggunakan rekonstruksi palinspastik pada penampang seimbang. Berdasarkan integrasi data DEM dan gayaberat, didapatkan struktur yang berkembang merupakan fold-thrust belt (FTB) yang melibatkan batuan dasar atau thick-skinned style dengan pendangkalan batuan dasar di daerah barat daya. Deformasi yang terjadi di daerah penelitian membentuk sikuen struktur. Sikuen struktur tersebut yaitu deformasi kompresional membentuk sesar-sesar anjak berarah barat laut-tenggara dipotong oleh sesar geser dan sesar normal berarah timur laut-barat daya diakhiri oleh pembentukan sesar geser yang dibuktikan dari terbentuknya pola en-echelon km-scale di barat laut. Struktur geologi yang terbentuk akan berkorelasi dengan perkembangan rekahan. Dari analisis rekahan, didapatkan hubungan yang positif antara intensitas rekahan dan parameter antiklin (tinggi dan lebar antiklin). Intensitas rekahan juga dipengaruhi oleh munculnya sesar di permukaan yang menciptakan zona hancuran. Deformasi yang membentuk sikuen struktur dan rekahan dianalisis untuk mengetahui total deformasi yang terjadi di daerah penelitian. Dari rekonstruksi palinspastik, didapatkan total pemendekan yaitu 25,9% dengan panjang deformasi 38 km.