digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bintang Putra Kobong S_1.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pencemaran logam berat di udara dapat membahayakan kesehatan manusia. Logam berat di udara sebagian besar berasal dari kegiatan antropogenik. Memantau kandungan logam berat di udara merupakan tugas yang penting. Salah satu alternatif untuk memantau logam berat di udara adalah dengan menggunakan lumut sebagai bioindikator. Metode ini disebut sebagai biomonitoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan akumulasi pencemar logam berat di udara berdasarkan perbedaan tata guna lahan dengan menggunakan Dicranum scoparium dan Leptodictyum riparium. Tiga kecamatan yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kecamatan Margaasih, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Ciparay yang merepresentasikan perbedaan tata guna lahan. Sampel lumut diletakkan di 5 lokasi di masing-masing kecamatan. Setelah melewati masa paparan selama 3 minggu dan 6 minggu, sampel diambil kembali untuk dianalisis kandungan sepuluh logam berat (As, Cd, Cr, Cu, Fe, Hg, Mn, Ni, Pb, dan Zn) menggunakan metode ICP-OES (Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kecamatan berbeda dari segi konsentrasi logam berat yang terakumulasi di dalam sampel lumut. Analisis komponen utama menunjukkan kelompok logam berat di setiap kecamatan merepresentasikan sumber yang berbeda. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa tidak hanya tata guna lahan, tetapi faktor meteorologi seperti arah dan kecepatan angin serta presipitasi juga berkemungkinan mempengaruhi akumulasi logam berat di dalam lumut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lumut Dicranum scoparium dan Leptodictyum riparium memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasikan logam berat tertentu dikarenakan perbedaan fitur biologisnya.