Pekerja konstruksi melakukan pekerjaan yang menuntut fisik dan membutuhkan
metabolisme energi yang besar. Pekerjaan tersebut menimbulkan dampak negatif
seperti kelelahan kronis, menurunnya fungsi kardiovaskular dan produktivitas.
Evaluasi beban kerja fisik diperlukan untuk mencegah dampak negatif tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model prediksi konsumsi
oksigen (VO2) kerja dan mengevaluasi beban kerja fisik pekerja konstruksi
bangunan Indonesia. Model prediksi terdiri dari satu prediktor yaitu persentase
detak jantung (%HRR).
Partisipan penelitian ini berjumlah 26 orang dengan umur di antara 19 sampai 61
tahun. Pengukuran konsumsi oksigen (VO2) dan detak jantung (HR) di
laboratorium menggunakan metode maksimal. Protokol yang digunakan adalah
protokol bruce. Nilai konsumsi oksigen tertinggi pengujian treadmill adalah
VO2max. Tujuh intensitas beban kerja treadmill (%HRR) (25%, 35%, 45%, 55%,
65%, 75%, dan 85%) digunakan sebagai prediktor pada model prediksi konsumsi
oksigen (VO2) kerja. Pengukuran beban kerja fisik di lapangan menggunakan
persentase detak jantung (%HRR) dan skala Borg’s rating of perceived exertion
scale (RPE). VO2 kerja diperoleh dengan melakukan substitusi %HRR lapangan ke
dalam model prediksi. Evaluasi beban kerja fisik menggunakan %VO2max dan
%HRR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata VO2max pekerja adalah 3.25 ± 0.78
l/min atau 57.49 ± 11.65 ml/min/kg. Model prediksi VO2 kerja adalah -
0.024+(0.032 x %HRR) dengan R2 0.993. Rata-rata beban kerja fisik adalah
23.09% dari %VO2max dan 31.86% dari %HRR. VO2max memiliki pengaruh negatif
terhadap beban kerja fisik, yang menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas
aerobik maka beban kerja yang dialami pekerja semakin rendah. Usia dan RPE
tidak berpengaruh signifikan terhadap beban kerja fisik. Detak jantung (HR)
memiliki korelasi yang sangat tinggi dengan VO2 selama pengujian laboratorium.
Beberapa intervensi yang dapat diberikan adalah Manajemen mendorong pekerja
melakukan pekerjaan lebih yang lebih berat di pagi hari daripada siang hari.
Manajemen mendistribusikan tugas kepada pekerja yang memiliki kapasitas
aerobik yang sesuai. Meskipun memiliki keterbatasan, penelitian ini berhasil
merumuskan model prediksi beban kerja fisik pekerja konstruksi yang bermanfaat
untuk mengevaluasi beban kerja sebagai dasar untuk memperbaiki kondisi kerja.