Tingginya konsumsi kopi di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, menimbulkan
sejumlah limbah ampas kopi yang tidak terolah walaupun masih mengandung
banyak komponen dan karakteristik yang bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi
produk bernilai lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan limbah
ampas kopi di Kota Bandung beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan
mengkaji potensi pengelolaan dan pengolahan limbah ampas kopi di Kota Bandung.
Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara langsung
terhadap 30 barista dan pemilik kedai kopi yang tersebar di Kota Bandung untuk
mengetahui timbulan dan kondisi aktual sistem pengelolaan limbah ampas kopi.
Penentuan jalur pemanfaatan limbah ampas kopi diseleksi dengan metode Simple
Additive Weighting (SAW) dengan mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan,
ekonomi, dan teknis. Penyusunan sistem pengelolaan limbah ampas kopi
disesuaikan dengan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Pengelolaan
Sampah Perkotaan yang mempertimbangkan kondisi aktual pengelolaan, timbulan
limbah, dan karakteristik limbah. Selain itu, analisis Willingness to Pay (WTP) atau
kesediaan untuk membayar dilakukan sebagai tolok ukur penerimaan adanya sistem
pengolahan limbah ampas kopi di Kota Bandung dari segi ekonomi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa timbulan limbah ampas kopi di Kota Bandung
diestimasikan mencapai 977,22 kg/hari dengan rata-rata 1,78 kg/kedai/hari.
Analisis korelasi menggunakan program IBM SPSS menunjukkan bahwa timbulan
limbah ampas kopi dipengaruhi cukup erat oleh faktor metode penyeduhan (respresso = 0.966; r-manual = 0.375). Hasil analisis WTP melalui model Price
Sensitivity Meter (PSM) menunjukkan bahwa batas maksimal WTP yang dapat
diterima adalah Rp39.500 per bulannya (diluar biaya pengelolaan sampah umum).
Usulan sistem pengelolaan limbah ampas kopi yang direkomendasikan meliputi:
(1) pemilahan di sumber, (2) pewadahan menggunakan dropbox, (3) pengumpulan
dan pengangkutan secara individual, (4) pengolahan dengan memproses limbah
ampas kopi menjadi biopolimer komposit dengan cara injection molding, dan (5)
pemrosesan serta pembuangan akhir di sanitary landfill. Biopolimer komposit
ampas kopi dapat dibentuk menjadi gelas kopi reusable yang dapat digunakan
kembali oleh kedai kopi sehingga siklus limbah ampas kopi dapat terus berputar