ABSTRAK Henry Suarniman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Udang merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia yang berisiko terdampak oleh penyakit acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND). AHPND disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus dengan plasmid pVPA 3-1 yang melalui peristiwa quorum sensing (QS) dapat menghasilkan toksin (PirA dan PirB) yang memiliki kemampuan untuk menyebabkan 70-100% kematian udang pada tambak. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah QS pada V. parahaemolyticus tanpa menyebabkan resistensi antibiotik adalah quorom quenching (QQ). Pada penelitian sebelumnya telah dikembangkan konstruksi plasmid pET-26b(+)-N20-aiiA-6xHis yang ditransformasikan pada Escherichia coli BL21 (DE3). Konstruksi plasmid tersebut dapat mengekspresikan N-acylhomoserine lactonase yang dapat bertindak sebagai QQ untuk mengganggu jalur persinyalan QS secara kimiawi dengan menghidrolisis N-acylhomoserine lactones (AHLs) yang berperan sebagai autoinducer pada QS oleh V. parahaemolyticus. Namun, N-acylhomoserine lactonase yang berhasil diekspresikan belum dapat disekresikan secara ekstraseluler dalam jumlah yang tinggi. Pada penelitian ini, dilakukan two-stage temperature control strategy dengan melakukan inkubasi setelah induksi IPTG pada temperatur 27 ? selama 16 jam dan dilanjutkan dengan inkubasi yang disertai dengan variasi pengubahan temperatur ke 30 dan 37 ? selama 30 jam, yang bertujuan untuk meningkatkan sekresi N-acylhomoserine lactonase ekstraseluler. Inkubasi tersebut dilakukan pada 100 mL medium LB yang ditambahkan dengan K2HPO4, KH2PO4, dan gliserol (disebut sebagai medium LB+) pada 250 mL baffled flask dengan agitasi 150 RPM. Hasil ekspresi protein rekombinan kemudian akan diisolasi secara ekstraseluler menggunakan metode ammonium sulfate precipitation dan akan dikonfirmasi keberadaannya secara visual dengan SDS-PAGE. Hasil SDS-PAGE di analis dengan menggunakan ImageJ untuk menentukan persentase rasio protein target terhadap total protein dan dilakukan analisis statistika dengan menggunakan metode t-test pada perangkat lunak SPSS versi 25 untuk menentukan signifikansi antar variasi temperatur inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi temperatur yang optimum untuk sekresi N-acylhomoserine lactonase ekstraseluler terjadi pada temperatur 27-37 ? (p-value <0,05), dengan peningkatan sekresi N-
acylhomoserine lactonase ekstraseluler 27-37 ? terhadap 27-27 ? sebanyak 70% dan 27-37 ? terhadap 27-30 ? sebanyak 120%.