abstrak.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi cover.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi bab 1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi bab 2.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi bab 3.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi bab 4.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi bab 5.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi daf pustaka.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi lampiran.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Lapangan TT merupakan salah satu lapangan penghasil minyak di Cekungan Barito.
Salah satu reservoir utama pada lapangan ini adalah batupasir kelompok lapisan C.
Saat ini Lapangan TT sudah berstatus brown field, karena tingkat produksi yang
sudah jauh menurun dari puncaknya yaitu sekitar 2800 BOPD menjadi hanya sekitar
200 BOPD pada tahun 2011. Faktor pengurasan minyak lapangan ini telah mencapai
17.78% sampai pertengahan tahun 2011.
Dalam rangka meningkatkan kembali produksi minyak serta memaksimalkan faktor
pengurasannya akan dilakukan beberapa cara seperti penambahan sumur dan
melakukan injeksi air tahap awal. Untuk mendukung hal tersebut perlu dilakukan
penelitian yang lebih detail dengan menambahkan beberapa data baru yang tersedia
untuk memahami bagaimana karakter reservoir batupasir kelompok lapisan C pada
lapangan ini. Data tersebut berupa tiga sumur baru dimana salah satu sumur
memiliki data inti batuan. Pemahaman yang lebih detail terhadap reservoir akan
menentukan skenario apa yang terbaik untuk dapat diterapkan pada lapangan ini.
Karakterisasi reservoir dilakukan pada reservoir batupasir yang termasuk dalam
Formasi Warukin dengan fokus utama pada kelompok lapisan C. Kelompok lapisan
C terbagi menjadi tiga interval yaitu interval Ca, Cb, dan Cc. Karakterisasi reservoir
diawali dengan pengamatan terhadap inti batuan pada sumur TT-27 sehingga didapat
litofasies dan asosiasi litofasies. Selanjutnya melakukan analisis terhadap hasil
deskripsi sayatan tipis yang dikombinasikan dengan data XRD. Semua hasil analisis
dari data inti batuan tersebut dihubungkan dengan pola log sinar gamma sehingga
didapat suatu model log yang dapat dipakai untuk korelasi asosiasi fasies kesemua
sumur. Tahap selanjutnya adalah melakukan pemodelan asosiasi fasies 3D dengan
sebelumnya membuat peta struktur kedalaman dan ketebalan untuk setiap interval.
Analisis petrofisika dilakukan untuk mendapatkan nilai properti reservoir yang
meliputi nilai volume shale, porositas, saturasi air, dan permeabilitas dengan
mempertimbangkan adanya perbedaan fasies. Hasil analisis petrofisika pada setiap
sumur kemudian disebarkan keseluruh lapangan dengan menggunakan metode
geostatistik. Hasil Karakterisasi reservoir meliputi peta struktur kedalaman, peta
ketebalan, dan model 3D reservoir berdasarkan integrasi data sumur dan atribut
seismik. Pemilihan skenario menambah jumlah sumur dilakukan dengan
menganalisis kualitas reservoir serta mengamati peta hydrocarbon pore volume
(HCPV), sementara itu pilihan melakukan injeksi air dilakukan dengan melihat komposisi penyusun batuan reservoir dan arah injeksinya akan disesuaikan dengan
arah pengendapan.
Penelitian ini menyimpulkan secara umum lingkungan pengendapan kelompok
lapisan C adalah lingkungan fluvial dengan arah pengendapan relatif baratlaut -
tenggara. Interval Cc dan Ca menurut pembagian yang dikemukakan oleh Schum
(1981) merupakan endapan bedload channel sedangkan interval Cb merupakan
endapan mixed load channel. Endapan bedload channel akan berperan sebagai
reservoir dengan kualitas yang bagus. Integrasi data inti batuan, sayatan tipis, XRD,
dan pola log sinar gamma menunjukkan setiap interval reservoir tersebut memiliki
tiga asosiasi fasies yaitu channel axis, channel margin, dan bar head. Asosiasi fasies
channel axis berkembang dibagian utara, asosiasi fasies bar head berkembang
dibagian tengah, dan asosiasi fasies channel margin berkembang dibagian selatan
lapangan TT. Ketiga asosiasi fasies tersebut memiliki kualitas reservoir yang
berbeda yang terlihat dari pola log sinar gamma serta pola hubungan porositas dan
permeabilitasnya. Reservoir batupasir pada asosiasi fasies channel axis merupakan
reservoir dengan kualitas terbaik yang ditunjukkan dengan porositas rata-rata paling
tinggi yaitu 19%, hubungan antara porositas dan permeabilitas paling optimis, serta
saturasi air yang terikat dalam batuan terkecil yaitu 20%. Reservoir terbaik kedua
adalah asosiasi fasies bar head dengan rata-rata porositas 16%, hubungan porositas
dan permeabilitas berada diantara dua asosiasi fasies lainnya, serta nilai saturasi air
yang terikat pada batuan mencapai nilai 40%. Asosiasi fasies channel margin
merupakan reservoir dengan kualitas paling jelek dengan porositas rata-rata 14%,
hubungan antara porositas dan permeabilitas paling pesimis, serta nilai saturasi air
yang terikat dalam batuan paling tinggi yaitu 52%. Dengan diketahuinya properti
reservoir maka skenario terbaik untuk penambahan sumur berdasarkan peta
hydrocarbon pore volume dan distribusi asosiasi fasies adalah menambah satu sumur
vertikal dibagian utara, dua sumur horizontal dibagian selatan, dan membuka
kembali tiga sumur yang masih belum dioperasikan. Penerapan teknik injeksi air
hanya dapat dilakukan pada interval Ca dan Cb karena berdasarkan hasil analisis
XRD pada interval Cc terdapat kandungan mineral lempung smektit sangat reaktif
jika terkena air. Injeksi air sebaiknya dilakukan secara periperal dibagian timur
untuk menyesuaikan arah injeksi dengan arah pengendapan.