digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jalan, sebagai salah satu infrastruktur dasar memiliki peranan kunci dalam pengembangan perekonomian. Dalam perspektif kewilayahan, jalan memungkinkan terjadinya pergerakan atau mobilitas sumberdaya yang diperlukan oleh kegiatan ekonomi. Salah satu kegiatan ekonomi yang menyebabkan sekaligus memerlukan sumberdaya-sumberdaya tersebut adalah investasi atau penanaman modal. Dengan demikian jalan berperan penting juga terhadap kegiatan investasi. Studi ini meneliti pengaruh keberadaan jalan terhadap kinerja investasi di wilayah sekitarnya, dengan mengambil kasus kawasan utara propinsi Jawa Barat. Dalam hal ini, dikaji pengaruh keberadaan jalan tol Jakarta-Cikampek yang dioperasikan pada tahun 1988 terhadap kinerja investasi asing (PMA) dan domestik (PMDN). Analisis dilakukan atas data PMA dan PMDN antara tahun 1980-2005. Setelah diketahui adanya korelasi atau pengaruh jalan tersebut terhadap investasi, selanjutnya diteliti bentuk atau sifat pengaruhnya dengan memakai indikator aksesibilitas sebagai alat pendekatannya. Dengan memakai indikator aksesibilitas yang merupakan perkalian fungsi aktivitas (GDP, populasi) dengan fungsi impedansi wilayah (jarak, waktu tempuh), keunggulan lokasional suatu wilayah dapat diidentifikasi. Setelah indeks aksesibilitas per wilayah diketahui, kemudian dilihat korelasinya dengan kinerja investasi masing-masing wilayah studi tersebut. Indeks aksesibilitas yang digunakan dalam studi ini adalah seperti yang dikembangkan dalam penelitian untuk Komisi Eropa antara tahun 1997-2000. Hasil penelitian terhadap data investasi di setiap wilayah unit analisis antara 1980-2005 yang dikaitkan dengan indicator aksesibilitas menunjukkan hubungan yang kuat antara keduanya. Wilayah dengan indeks aksesibilitas tinggi (mendekati nilai 1 untuk range indeks ternormalisir antara 0 sampai dengan 1) cenderung memiliki kinerja investasi tinggi, atau dengan pengertian lain dapat dikatakan memiliki daya tarik tinggi, relatif terhadap wilayah lainnya. Sementara itu, wilayah dengan indeks aksesibilitas rendah (mendekati 0) cenderung sepi peminat dalam tarikan investasi. Indeks aksesibilitas ini juga dapat menjelaskan fenomena ketimpangan wilayah, khususnya yang terkait dengan ketimpangan terhadap minat investasi. Dengan teridentifikasinya indeks aksesibilitas setiap wilayah dalam cakupan teritori tertentu, akan dapat disusun kebijakan yang dapat mengeliminir atau mengurangi potensi ketimpangan tersebut. Kebijakan tersebut pada intinya harus berujung pada peningkatan indeks aksesibilitas wilayah-wilayahnya.