digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan Putih dan Jingga merupakan lapangan gas yang berada pada Subcekungan Kiri, lebih kurang 100 km sebelah barat laut Kota Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau. Bagian utara lapangan-lapangan ini dibatasi oleh Sub-cekungan Rangau, bagian selatan oleh Dalu-dalu thrustbelt, bagian barat oleh sesar utama yang berarah utara-selatan, dan bagian timur dibatasi oleh suatu tinggian yang hinge margin. Objek penelitian dalam penulisan tesis ini adalah reservoir Batupasir 7700 pada Sumur Putih-1 dan Batupasir 8420 pada Sumur Jingga-1. Kedua reservoir mengandung cadangan gas yang belum dikembangkan secara maksimal. Integrasi data cutting pemboran, data log sumur, dan penafsiran seismik 2D/3D dengan metode penalaran deduktif digunakan dalam merekonstruksi model pengendapan dan mempelajari karakteristik dan proses diagenesis reservoir untuk mengetahui sebaran, kemenerusan, dan kualitas reservoir batupasir tersebut. Pemahaman terintegrasi dan komprehensif mengenai kemenerusan dan penyebaran serta kualitas reservoir ditujukan untuk membantu perencanaan pengembangan Lapangan Putih dan Jingga di masa yang akan datang. Berdasarkan analisis karakter log gamma ray pada Sumur Putih-1 dan Jingga-1 diinterpretasikan 2 (dua) siklus pengendapan, yaitu: siklus pengendapan interval Brown Shale dan siklus pengendapan interval Upper Red bed. Keseluruhan siklus pengendapan tersebut dikontrol oleh laju penurunan cekungan dan pasokan sedimen di Sub-cekungan Kiri. Analisis tersebut kemudian diikatkan pada data seismik 2D dan 3D pada daerah penelitian, menghasilkan penafsiran 4 (empat) sekuen pengendapan pada syn rift Kelompok Pematang, yaitu: early syn-rift system (Sekuen Pengendapan Pematang-1), early middle syn-rift system (Sekuen Pengendapan Pematang-2), late middle syn-rift system (Sekuen Pengendapan Pematang-3), dan late syn-rift system (Sekuen Pengendapan Pematang-4). Batupasir 7700 dan 8420 termasuk ke dalam early middle syn-rift system pada Sekuen pengendapan Pematang-2. Dari analisis atribut RMS amplitude pada sekuen pengendapan Pematang-2 menggunakan data seismik 3D diketahui bahwa Batupasir 8420 tersebar di bagian barat dan barat daya Lapangan Jingga, sedangkan Batupasir 7700 tersebar di bagian selatan Lapangan Putih. Analisis petrografi dari data cutting pemboran pada interval Batupasir 7700 dan 8420 menggunakan klasifikasi batupasir menurut Dott (1964) dan Folk (1974), menyatakan bahwa Batupasir 7700 merupakan batupasir quartzarenite sedangkan Batupasir 8420 terdiri atas: batupasir sublitharenite pada bagian atas dan batupasir lithic greywacke pada bagian bawah. Berdasarkan analisis provenance menggunakan diagram Dickinson (1985), maka Batupasir 7700 pada Sumur Putih-1 berasal dari craton intracratonic, sedangkan Batupasir 8420 pada Sumur Jingga-1 berasal dari quartz recrystallize. Kedua batupasir tersebut berasal dari provenance yang berbeda.Mengacu pada analisis petrografi dan provenance tersebut, maka kedua batupasir tersebut merupakan 2 (dua) tubuh batupasir yang tidak menerus. Karakter log dan kandungan material karbon yang dijumpai dalam batupasir tersebut mengindikasikan bahwa kedua batupasir tersebut berasosiasi dengan fasies channel pada lingkungan pengendapan lacustrine. Laju penurunan cekungan yang sangat cepat akibat gaya ekstensi menghasilkan bentuk paleotopografi dengan relief fault-block, sehingga pengendapan yang terjadi pada sub-cekungan ini berupa axial sedimentasi dari Tinggian Rangau yang terletak di utara Sub-cekungan Kiri dan footwall sedimentasi dari Tinggian Dalu-Dalu yang terletak di bagian barat Sub-cekungan Kiri. synrift yang mengalami proses diagenesis tahap mesodiagenesis berupa kompaksi, sementasi, dan pelarutan. Proses kompaksi dan sementasi mengurangi porositas primer reservoir batupasir, sedangkan proses pelarutan menghasilkan porositas sekunder yang membuat Batupasir 7700 dan 8420 sebagai reservoir dengan kualitas cukup baik. Dari analisis di atas, Lapangan Jingga masih memiliki cadangan gas sebesar 12.89 BCF yang setara dengan penambahan 10 (sepuluh) sumur usulan. Dan analisis dari data yang tersedia, maka Lapangan Putih masih menyimpan cadangan gas sebesar 4.2 BCF, jumlah cadangan ini bisa lebih besar jika Lapangan Putih di cover oleh data seismik 3D.