Lapangan Putih dan Jingga merupakan lapangan gas yang berada pada Subcekungan Kiri, lebih kurang 100 km sebelah barat laut Kota Pekanbaru, ibukota
Provinsi Riau. Bagian utara lapangan-lapangan ini dibatasi oleh Sub-cekungan
Rangau, bagian selatan oleh Dalu-dalu thrustbelt, bagian barat oleh sesar utama
yang berarah utara-selatan, dan bagian timur dibatasi oleh suatu tinggian yang
hinge margin. Objek penelitian dalam penulisan tesis ini adalah reservoir Batupasir 7700 pada
Sumur Putih-1 dan Batupasir 8420 pada Sumur Jingga-1. Kedua reservoir
mengandung cadangan gas yang belum dikembangkan secara maksimal.
Integrasi data cutting pemboran, data log sumur, dan penafsiran seismik 2D/3D
dengan metode penalaran deduktif digunakan dalam merekonstruksi model
pengendapan dan mempelajari karakteristik dan proses diagenesis reservoir
untuk mengetahui sebaran,
kemenerusan, dan kualitas reservoir batupasir tersebut. Pemahaman terintegrasi
dan komprehensif mengenai kemenerusan dan penyebaran serta kualitas reservoir
ditujukan untuk membantu perencanaan pengembangan Lapangan Putih dan
Jingga di masa yang akan datang.
Berdasarkan analisis karakter log gamma ray pada Sumur Putih-1 dan Jingga-1
diinterpretasikan 2 (dua) siklus pengendapan, yaitu: siklus pengendapan interval
Brown Shale dan siklus pengendapan interval Upper Red bed. Keseluruhan siklus
pengendapan tersebut dikontrol oleh laju penurunan cekungan dan pasokan
sedimen di Sub-cekungan Kiri. Analisis tersebut kemudian diikatkan pada data
seismik 2D dan 3D pada daerah penelitian, menghasilkan penafsiran 4 (empat)
sekuen pengendapan pada syn rift Kelompok Pematang, yaitu: early syn-rift
system (Sekuen Pengendapan Pematang-1), early middle syn-rift system (Sekuen
Pengendapan Pematang-2), late middle syn-rift system (Sekuen Pengendapan
Pematang-3), dan late syn-rift system (Sekuen Pengendapan Pematang-4).
Batupasir 7700 dan 8420 termasuk ke dalam early middle syn-rift system pada
Sekuen pengendapan Pematang-2. Dari analisis atribut RMS amplitude pada
sekuen pengendapan Pematang-2 menggunakan data seismik 3D diketahui bahwa Batupasir 8420 tersebar di bagian barat dan barat daya Lapangan Jingga,
sedangkan Batupasir 7700 tersebar di bagian selatan Lapangan Putih.
Analisis petrografi dari data cutting pemboran pada interval Batupasir 7700 dan
8420 menggunakan klasifikasi batupasir menurut Dott (1964) dan Folk (1974),
menyatakan bahwa Batupasir 7700 merupakan batupasir quartzarenite sedangkan
Batupasir 8420 terdiri atas: batupasir sublitharenite pada bagian atas dan
batupasir lithic greywacke pada bagian bawah. Berdasarkan analisis provenance
menggunakan diagram Dickinson (1985), maka Batupasir 7700 pada Sumur
Putih-1 berasal dari craton intracratonic, sedangkan Batupasir 8420 pada Sumur
Jingga-1 berasal dari quartz recrystallize. Kedua batupasir tersebut berasal dari
provenance yang berbeda.Mengacu pada analisis petrografi dan provenance
tersebut, maka kedua batupasir tersebut merupakan 2 (dua) tubuh batupasir yang
tidak menerus. Karakter log dan kandungan material karbon yang dijumpai dalam
batupasir tersebut mengindikasikan bahwa kedua batupasir tersebut berasosiasi
dengan fasies channel pada lingkungan pengendapan lacustrine. Laju penurunan cekungan yang sangat cepat akibat gaya ekstensi menghasilkan
bentuk paleotopografi dengan relief fault-block, sehingga pengendapan yang
terjadi pada sub-cekungan ini berupa axial sedimentasi dari Tinggian Rangau
yang terletak di utara Sub-cekungan Kiri dan footwall sedimentasi dari Tinggian
Dalu-Dalu yang terletak di bagian barat Sub-cekungan Kiri.
synrift yang mengalami proses diagenesis tahap mesodiagenesis berupa kompaksi,
sementasi, dan pelarutan. Proses kompaksi dan sementasi mengurangi porositas
primer reservoir batupasir, sedangkan proses pelarutan menghasilkan porositas
sekunder yang membuat Batupasir 7700 dan 8420 sebagai reservoir dengan
kualitas cukup baik.
Dari analisis di atas, Lapangan Jingga masih memiliki cadangan gas sebesar 12.89
BCF yang setara dengan penambahan 10 (sepuluh) sumur usulan. Dan analisis
dari data yang tersedia, maka Lapangan Putih masih menyimpan cadangan gas
sebesar 4.2 BCF, jumlah cadangan ini bisa lebih besar jika Lapangan Putih di
cover oleh data seismik 3D.