digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan Balam Selatan berada kurang lebih 200 km dari Kota Pekanbaru, Riau dan merupakan salah satu aset terbesar PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Sejak tahun 2005 dilakukan proyek injeksi air pada Formasi Telisa di lapangan ini. Reservoir pada Formasi Telisa memiliki permeabilitas yang kecil karena kandungan mineral lempungnya yang tinggi sehingga teknologi injeksi air dianggap mampu meningkatkan faktor pengurasan produksi reservoir ini. Namun penerapan teknologi ini menghadapi berbagai kendala di lapangan dengan terjadinya erupsi air yang dimulai sejak tahun 2008. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab terjadinya erupsi tersebut ditinjau dari sisi geomekanika dan karakter sesar yang ada di lapangan ini, sebab hasil observasi menunjukkan lokasi terjadinya erupsi berada pada daerah tinggian yang memiliki rekahan dan sesar-sesar yang intensif. Penelitian dilakukan dengan cara menghitung kecenderungan sesar-sesar untuk slip dan mengalami dilatasi (slip tendency dan dilation tendency) dan menghitung tekanan pori maksimum yang diperbolehkan. Hasil perhitungan kemudian divalidasi dengan data volume injeksi air yang telah dilakukan pada sumur-sumur injeksi. Berdasarkan analisis geomekanika pada Lapangan Balam Selatan dihasilkan parameter sebagai berikut: S1 = tegasan vertikal (Sv) = 0,94 psi/ft > S2 = tegasan horizontal maksimum (SHmax) = 0,77 psi/ft > S3 = tegasan horisontal minimum (Shmin) = 0,53 psi/ft. Dari data tersebut disimpulkan Lapangan Balam Selatan saat ini berada pada rezim sesar normal. Hasil perhitungan slip tendency menunjukkan sesar-sesar yang berada di bagian selatan dan utara memiliki nilai slip tendency cukup besar yaitu rata-rata 0,5 dan berada dalam kondisi kritis dan sangat mudah untuk slip. Penambahan tekanan pori akan sangat sensitif dan bisa menyebabkan sesar-sesar tersebut slip. Sedangkan sesar-sesar yang berada di bagian tengah memiliki nilai slip tendency yang kecil (rata-rata 0,2). Hasil perhitungan dilation tendency menunjukkan sesar- sesar di lapangan ini memiliki nilai dilation tendency yang kecil (rata-rata 0,2). Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan sesar-sesar yang berada di Lapangan Balam Selatan akan cenderung slip dibandingkan mengalami dilatasi jika terjadi kenaikan pori yang melebihi kekuatan sesar-sesar tersebut. Perhitungan tekanan pori maksimum yang diperbolehkan pada Formasi Telisa menunjukkan penambahan tekanan pori yang diperbolehkan sangat terbatas pada sesar-sesar yang berada di bagian selatan, yaitu hanya berkisar 220-420 psi, sehingga volume injeksi air yang bisa diinjeksikan terbatas karena sesar-sesar ini berada pada kondisi kritis, sedangkan pada sesar-sesar yang berada di bagian tengah masih mungkin dilakukan penambahan tekanan pori sebesar 490-690 psi karena kondisi sesar-sesar ini lebih stabil. Namun data sumur-sumur injeksi menunjukkan tekanan pori yang dihasilkan dari volume air yang diinjeksikan jauh melebihi tekanan pori maksimum yang diperbolehkan sehingga terjadi erupsi di beberapa lokasi baik di bagian selatan, tengah maupun utara dari Lapangan Balam Selatan ini. Proyek injeksi air pada Formasi Telisa masih dapat dikembangkan di masa depan dengan menjaga laju injeksi air dan mengacu pada model geomekanika ini. Sebaiknya dilakukan penyesuaian kembali pola antara sumur injeksi dengan sumur produksi dengan membuat pola yang lebih kecil mengingat sifat reservoir Telisa yang heterogen. Penempatan lokasi sumur injeksi juga perlu diperhatikan agar tidak berada terlalu dekat dengan sesar-sesar yang ada.