2023_TS_PP_Bimo Prasetyo Wicaksono_29121139_1-Full Thesis.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Yose Ali Rahman
Pandemi Covid-19 dan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) memiliki dampak signifikan
terhadap industri peternakan sapi di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk memahami
dampak khusus dari kedua krisis ini terhadap PT. Pasir Tengah, sebuah perusahaan ternak
ternama di Indonesia. Dengan menganalisis data penjualan, pendapatan yang dihasilkan, dan
tantangan yang dihadapi, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang efek
pandemi dan wabah FMD terhadap operasional PT. Pasir Tengah dan industri peternakan sapi
secara keseluruhan di negara ini.
Pandemi Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2), muncul pada akhir
tahun 2019 dan dengan cepat menyebar secara global. Kata kunci seperti "pandemi Covid-19"
dan "industri peternakan sapi" digunakan untuk menyoroti fokus dari penelitian ini. Selain itu,
wabah FMD yang terjadi secara bersamaan menambah kompleksitas pada tantangan yang
dihadapi oleh industri peternakan sapi. Kata kunci "Penyakit Mulut dan Kuku (FMD)" dan "PT.
Pasir Tengah" memberikan konteks khusus untuk studi kasus ini.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam studi ini melibatkan analisis data penjualan dari
PT. Pasir Tengah untuk tiga periode yang berbeda: periode sebelum pandemi, periode pandemi
Covid-19, dan periode wabah FMD. Data penjualan mencakup jumlah sapi yang terjual,
pendapatan yang dihasilkan, dan fluktuasi yang diamati. Analisis ini memungkinkan pemahaman
yang komprehensif tentang dampak terhadap penjualan dan kinerja keuangan PT. Pasir Tengah.
Analisis data penjualan PT. Pasir Tengah selama periode yang diteliti mengungkapkan fluktuasi
yang signifikan dalam kinerja mereka. Pada periode sebelum pandemi tahun 2019, perusahaan
mengalami lingkungan penjualan yang stabil dengan penjualan 10.000 sapi dan pendapatan sebesar IDR 500.000.000. Namun, awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020 memberikan
dampak signifikan terhadap penjualan PT. Pasir Tengah, menyebabkan penurunan 50% dalam
jumlah sapi yang terjual. Selama periode ini, perusahaan hanya berhasil menjual 5.000 sapi,
menghasilkan pendapatan sebesar IDR 250.000.000.
Kemudian, munculnya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) pada tahun 2021 semakin
memperburuk tantangan yang dihadapi oleh PT. Pasir Tengah. Penjualan mengalami penurunan
sebesar 40% dibandingkan dengan periode sebelum pandemi, dengan hanya 3.000 sapi yang
terjual dan pendapatan sebesar IDR 150.000.000.
Kata kunci yang diidentifikasi membantu mengkaitkan dampak pandemi Covid-19 dan wabah
FMD terhadap penjualan PT. Pasir Tengah. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dan
industri peternakan sapi secara lebih luas meliputi gangguan dalam rantai pasok, penurunan
permintaan pasar, dan peningkatan biaya produksi. Untuk mengurangi dampaknya, PT. Pasir
Tengah mengimplementasikan langkah-langkah biosekuriti dan mendiversifikasi basis
pelanggan, termasuk menjelajahi pasar ekspor. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga
kelangsungan operasional dan menghasilkan pendapatan meskipun dalam kondisi yang
menantang.
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman dampak khusus dari pandemi Covid-19
dan wabah FMD terhadap industri peternakan sapi di Indonesia, dengan fokus pada PT. Pasir
Tengah. Temuan penelitian ini menyoroti perlunya langkah-langkah proaktif untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi oleh perusahaan peternakan selama krisis. Kata kunci yang
diidentifikasi memberikan kerangka kerja berharga untuk studi dan intervensi kebijakan di masa
depan yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan industri peternakan sapi
dalam menghadapi krisis serupa.
Secara keseluruhan, penelitian ini merupakan studi kasus PT. Pasir Tengah yang memberikan
wawasan tentang dampak pandemi Covid-19 dan wabah FMD terhadap industri peternakan sapi
di Indonesia. Temuan penelitian ini berkontribusi pada pemahaman lebih luas tentang tantangan
yang dihadapi oleh industri ini dan langkah yang diambil oleh perusahaan untuk mengurangi
tantangan tersebut. Pengetahuan ini dapat menjadi dasar untuk strategi dan kebijakan di masa
depan guna meningkatkan ketahanan dan adaptabilitas industri peternakan sapi dalam
menghadapi krisis.