Runner turbin adalah salah satu komponen penting pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Komponen ini terbuat dari campuran logam Cu-37Zn yang dalam bekerjanya selalu berkontak dengan air sehingga berpeluang besar mengalami korosi. Kualitas air yang digunakan untuk menggerakkan runner sangat berperan dalam proses terjadinya korosi, terutama bila mengandung ion-ion agresif korosi seperti ion klorida dan ion sulfida dan akan dipercepat dengan adanya kenaikan suhu lingkungan. Upaya pencegahan korosi tersebut dapat dilakukan dengan penambahan inhibitor ke dalam lingkungan air. Pada pekerjaan ini diteliti laju korosi pada material runner turbin di lingkungan larutan tiruan paling korosif dengan mengacu pada kualitas air di PLTA Saguling dengan memvariasikan konsentrasi ion klorida, ion sulfida dan suhu. Inhibitor korosi yang dicoba adalah benzotriazol (BTAH) yang telah diketahui memiliki daya inhibisi yang baik terhadap korosi Cu-37Zn dan sistein (Cys) yang bersifat lebih ramah lingkungan. Penentuan laju korosi Cu-37Zn tanpa dan dengan adanya inhibitor korosi dilakukan secara elektrokimia dengan menggunakan teknik Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan pengamatan fisik permukaan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan larutan tiruan paling korosif dengan mengacu kepada kualitas air di PLTA Saguling adalah dengan komposisi : 5,3 ppm Ca(NO3)2, 78 ppm NaCl dan ion sulfida sebesar 15 ppm. Efisiensi benzotriazol (80 ppm) dan sistein (25 ppm) pada suhu kamar berturut-turut sebesar 40,74% dan 68,16%. Dengan naiknya suhu larutan menjadi 55°C daya inhibisi korosi kedua inhibitor berkurang menjadi 21,20% untuk benzotriazol (80 ppm) dan 17,00% untuk sistein (25 ppm). Menurunnya daya inhibisi kedua inhibitor dengan naiknya suhu diduga karena kedua inhibitor teradsorpsi secara fisik pada permukaan logam Cu-37Zn dengan energi bebas adsorpsi (ΔGads) benzotriazol dan sistein berturut-turut adalah -18,53 dan -23,03 kJ/mol.