digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Baru-baru ini, Bandung telah mengalami peningkatan popularitas untuk merek-merek alas kaki lokal, terutama di kalangan anak muda. Akibat pandemi COVID-19, produsen alas kaki lokal mengalami penurunan penjualan secara keseluruhan. Pada tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia dalam hal jumlah total pasang alas kaki yang diekspor: 366 juta. Oleh karena itu, sangat penting untuk memenuhi persyaratan dan meningkatkan penjualan di dalam negeri sebelum mulai mengekspornya. Niat seseorang untuk membeli suatu produk dapat dipengaruhi oleh sejumlah keadaan yang berbeda sebelum mereka membuat keputusan akhir. Menurut Achmad (2014), sejumlah orang Indonesia lebih tertarik untuk membeli barang-barang asing karena barang-barang tersebut cenderung memiliki standar kualitas, promosi produk, dan kemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh produsen Indonesia. Menurut Lee dan Lee (2018), citra merek memiliki pengaruh yang baik terhadap niat beli konsumen. Menurut Aaker (1991), kesadaran merek memiliki pengaruh langsung terhadap niat beli. Orang yang memiliki etnosentrisme konsumen yang kuat lebih cenderung membeli barang-barang yang dibuat di negara asalnya. Shimp dan Sharma (1987), misalnya, menemukan bahwa pembeli etnosentris lebih cenderung membeli barang asli dan lebih kecil kemungkinannya untuk membeli barang impor. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor-faktor-termasuk citra merek, kesadaran merek, dan etnosentrisme konsumen-yang memengaruhi keputusan seseorang untuk membeli merek sepatu lokal. Metodologi kuantitatif akan menjadi dasar dari desain penelitian yang akan dilaksanakan. Karena tidak ada jumlah pasti mengenai jumlah orang di Bandung yang tertarik dengan merek alas kaki lokal, maka digunakanlah convenience sampling, yang juga menjadi batasan penelitian ini. Seratus lima puluh orang yang tinggal di Bandung dan memiliki ketertarikan terhadap perusahaan alas kaki lokal menjadi populasi sampel penelitian ini. Untuk memperoleh data, pengukuran diambil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian Yen dari tahun 2017 tentang citra merek dan etnosentrisme konsumen menyediakan data untuk pengukuran. Sementara itu, metode pengukuran kesadaran merek yang digunakan adalah penelitian Sharifi pada tahun 2014. Metode regresi linier berganda digunakan dalam proses analisis data. Untuk melakukan regresi linier berganda, perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Berdasarkan temuan dari penelitian ini, terdapat hubungan yang baik antara citra merek dan etnosentrisme konsumen dengan niat beli. Di sisi lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek tidak secara signifikan mempengaruhi niat beli mereka. Hal ini memungkinkan untuk menarik kesimpulan bahwa perusahaan alas kaki lokal harus memberikan penekanan yang lebih besar tidak hanya pada citra mereknya tetapi juga pada individu yang memiliki tingkat etnosentrisme yang tinggi sebagai sarana untuk meningkatkan daya jual produknya. Selain itu, tidak perlu mengkhawatirkan mengenai pengenalan merek karena tidak memiliki dampak yang besar terhadap niat beli merek alas kaki lokal di Bandung karena Bandung bukanlah pasar yang besar.