Jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta terus meningkat, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, terjadi
peningkatan sebesar 17,21% dalam 5 tahun terakhir. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berpotensi
meningkatkan emisi gas rumah kaca apabila tidak ada tindakan mitigasi pengendalian emisi. Salah satu upaya
awal dalam melakukan mitigasi pencemaran udara adalah dengan melakukan inventarisasi emisi. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian ini untuk mendukung langkah awal upaya pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah
kaca di Indonesia. Inventarisasi emisi pada penelitian ini akan fokus ketiga parameter gas rumah kaca, CO2, CH4,
dan N2O. Dalam melakukan inventarisasi akan dilakukan dengan pendekatan jarak tempuh kendaraan (bottomup) dan konsumsi bahan bakar (top-down). Berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2019 – 2021 dengan pendekatan
jarak tempuh, menunjukkan jumlah emisi terbesar terjadi pada tahun 2021. Dengan konsentrasi CO2 yang
teremisikan berjumlah 52.294.718,94 ton/tahun, CH4 sebesar 87.856,3 ton/tahun, dan N2O sebesar 1.935,63
ton/tahun. Konsentrasi beban emisi yang terus meningkat ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
kendaraan di DKI Jakarta. Dari ketiga parameter gas rumah kaca, sepeda motor merupakan penghasil emisi
terbesar untuk CH4 dan N2O, sedangkan untuk CO2 penghasil emisi terbesar adalah mobil berbahan bakar gasolin.
Berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar, jumlah beban emisi tertinggi terjadi pada tahun 2019. Dengan
beban emisi sebesar 7.643.808,99 ton/tahun untuk CO2, 3.131,44 ton/tahun untuk CH4, dan 195,38 ton/tahun
untuk N2O. Penurunan beban emisi pada tahun 2020 dan 2021 disebabkan oleh penurunan aktivitas mobilitas
masyarakat akibat pandemi Covid-19.