digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Secara geografis Daerah pertambangan emas Gunung Pongkor terletak diantara 106° 31’ 27” - 106° 35’ 56” Bujur Timur dan 60 34' 30” - 6 0 41' 47” Lintang Selatan. Secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Nanggung, Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini berada sekitar 80 km Barat Daya dari arah Jakarta. Penambangan emas di daerah ini menerapkan sistem penambangan bawah tanah (underground mine) dengan metode cut and fill. Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh empat satuan batuan yaitu Satuan tuf breksi, satuan ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Old Andesite berumur Miosen Awal; Satuan tuf lapili, satuan ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Cimapag berumur Miosen Awal; Satuan andesit, satuan ini menerobos satuan batuan tua yang berumur Paleogen sampai Miosen Tengah. Berdasarkan pada hubungan intrusi andesit dengan Formasi Old Andesite, Formasi Cimapag dan Formasi Bojongmanik, diasumsikan satuan ini berumur Miosen Tengah; Satuan breksi, satuan ini merupakan produk vulkanik termuda yang diendapkan tidak selaras diatas Formasi Bojongmanik dan satuan andesit, dengan demikian satuan ini diasumsikan berumur Plio-Plistosen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis litologi dan untuk mengkarakterisasi tipe alterasi dan mineralisasi bijihnya. Metodologi yang digunakan meliputi; Pengumpulan Data, Pemrosesan Data dan Analisis Data. Untuk analisis digunakan beberapa metode diantaranya Petrografi, Mineragrafi, Kimia Batuan X-ray Diffraction (XRD) dan X-ray Fluorescence (XRF). Berdasarkan hasil pengamatan petrografi dan XRD (X-Ray Difraction) dapat disimpulkan bahwa litologi penyusunnya dapat di golongkan kedalam batuan beku lava andesitik dan batuan piroklastik breksi tuf, tuf lapili serta urat kuarsa dan urat karbonat. Didasari oleh pembagian sekumpulan mineral zona ubahan, maka di daerah penelitian dapat dikelompokkan tiga kumpulan mineral ubahan tertentu, yaitu zona ubahan mineral lempung-klorit-kuarsa-karbonat-serisit, zona ubahan klorit-kuarsa-karbonat-epidot dan zona ubahan mineral kuarsa-mineral opak. Dari hasil pengamatan mineragrafi, mineral opak yang terdapat di daerah penelitian didapat mineral sulfida, yaitu pirit, kalkopirit, sfalerit dan digenit yang umumnya hadir sebagai sebaran halus anhedral, subhedral, euhedral, mengisi rongga atau inklusi pada mineral lain. Kadar emas rendah maupun tinggi dalam penelitian ini tidak dijumpai, ketidakhadiran mineral emas dalam analisis mineragrafi ditafsirkan sebagai akibat ukuran yang terlampau halus yang boleh jadi berasosiasi dengan digenit atau dengan kalkopirit serta mineral sulfida lainnya.