ABSTRAK Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB6 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB7 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB8 Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Irfan Ariq Rizqullah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia menyatakan
bahwa Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumber energi fosil dan
batubara yang mencapai 68% dari pasokan energi primer. Adanya Kebijakan Energi
Nasional (KEN) dan Paris Agreement mendorong pengurangan penggunaan energi
fosil, pengimplementasian energi terbarukan, dan pengurangan emisi gas rumah
kaca. Sebagai hal pendukung, Indonesia memiliki cadangan gas alam yang tersebar
di wilayah negara. Khususnya di Sulawesi, terdapat cadangan gas alam sebesar 3,93
TSCF. Terdapat rencana konstruksi PLTG di Bahodopi, Sulawesi Tengah yang
membutuhkan suplai Liquified Natural Gas yang aman dan stabil sehingga
dibutuhkan adanya pipa transmisi agar PLTG dapat beroperasi secara optimal.
Pipa transmisi direncanakan untuk menghubungkan Bahodopi dengan fasilitas
LNG terdekat di Batui. Dibutuhkan analisis pemilihan rute pipa dengan tujuan
untuk menekan risiko-risiko biaya dan waktu konstruksi. Alternatif rute pipa dipilih
berdasarkan matriks penilaian yang memperhitungkan faktor fisik, geopolitik, dan
biaya.
Desain pipa dilakukan menggunakan data dan kondisi yang sesuai dengan rute pipa
yang terpilih. Pipa didesain menggunakan standar DNVGL-ST-F101 dalam
penentuan tebal dinding pipa, DNV-RP-F109 dan ASME B31.4 untuk penentuan
tebal beton pemberat yang memastikan kestabilan pipa di dasar laut, DNVGL-STF101
untuk pengecekan tegangan instalasi pipa, dan DNVGL-RP-F105 untuk
screening fatigue dan ultimate limit state (ULS) akibat bentang bebas.
Berdasarkan proses perencanaan dan desain dari studi ini, dipilih rute pipa hybrid
yang terdiri dari segmen pipa darat dan segmen pipa bawah laut. Diperoleh tebal
dinding pipa sebesar 10,3 mm untuk segmen pipa darat dan 14,3 mm untuk segmen
pipa bawah laut. Pipa mencapai kestabilan absolut dengan menggunakan lapisan
beton pemberat setebal 40 mm dengan parit sedalam 0,04 m dengan sudut 45°.
Instalasi pipa yang dilakukan pada kedalaman maksimum 115 m telah memenuhi
kriteria-kriteria tegangan. Panjang bentang bebas yang memenuhi screening fatigue
dan ULS sebesar 14,4 m.