digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ayunda Luthfia Hazmar
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia menempati urutan ke-3 untuk kasus kanker nasofaring (KNF) dengan jumlah penderita 19.934 kasus dan urutan ke-2 untuk jumlah kasus meninggal dengan 13.399 kasus, di dunia. Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk KNF adalah radioterapi dengan teknik Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT). Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi dengan studi radiobiologi untuk mengetahui pengaruh dari jumlah arah penyinaran radiasi IMRT terhadap kanker nasofaring . Studi radiobiologi yang dilaksanakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan Tumor Control Probability (TCP) dan Normal Tissue Complication Probability (NTCP), yang diperoleh dari perhitungan berbasis Equivalent Uniform Dose (EUD). Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Data yang diperoleh merupakan hasil Treatment Planning System (TPS) dengan teknik IMRT untuk delapan pasien dengan variasi jumlah arah penyinaran adalah 5, 7, dan 9, yang di terapi menggunakan LINAC dengan energi 6 MV. Dari data tersebut akan diperoleh informasi berupa kurva Dose Volume Histogram (DVH) dan data statistik DVH, yang akan digunakan untuk menentukan dosis dan volume untuk target dan Organ at Risk (OAR). Kurva DVH digunakan untuk menentukan persentil dosis ????????????50, dan volume ????95. Sedangkan data statistik DVH akan memberikan informasi berupa dosis maksimum, dosis minimum, dosis perskirpsi, volume target dan volume organ risiko yang terkena radiasi. Untuk melakukan evaluasi ini, parameter hasil treatment planning yang akan analisa adalah DVH beserta statistik DVH, TCP dan NTCP. Dalam penentuannya dibutuhkan parameter radiobiologi berupa ????, ????, ????50, dan penalty parameter (a), yang diperoleh dari studi literatur. Untuk menentukan TCP dan NTCP terlebih dahulu dilakukan perhitungan efek klinis (EQD2) lalu EUD, dengan menggunakan parameter radiobiologi dan informasi dosis serta volume yang diperoleh dari data DVH. Setelah diperoleh hasil perhitungan berupa nilai persentase TCP dan NTCP, akan dilakukan analisa dengan membandingan nilai tersebut terhadap suatu syarat batas yang diperoleh dari studi literatur. Syarat batas minimum yang ditetapkan untuk TCP adalah > 80%. Sedangkan syarat batas maksimum yang ditetapkan untuk NTCP bagi organ batang otak, mata, lensa, dan medula spinalis adalah < 5%. Berdasarkan hasil penelitian, kedelapan pasien kanker nasofaring yang ditinjau memenuhi syarat batas yang ditetapkan. Namun, secara umum perencanaan dengan 5 arah penyinaran memberikan akurasi tertinggi tinggi dibandingkan dengan 7 dan 9 arah penyinaran, dengan nilai akurasi sebesar 95,93%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perencanaan dengan 5 arah penyinaran merupakan perencanaan terbaik untuk kanker nasofaring dengan penyinaran menggunakan teknik IMRT.