Penelitian ini mengkaji secara lebih detil perilaku mengembang pada batulempung
Formasi Subang di Desa Cisampih, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa
Barat. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memahami proses-proses yang
terjadi akibat perilaku mengembang pada batulempung tersebut dan dampakdampaknya. Sementara itu, pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui
komposisi mineral, sifat-sifat fisik, regangan mengembang (swelling strain), dan
kuat geser (shear strength) batuan tersebut.
Hasil analisis XRD dan SEM memperlihatkan bahwa hampir pada semua contoh
batulempung dan tanah pelapukannya tersusun atas plagioklas, kuarsa,
montmorilonit, Ilit dan Kaolinit, dengan jumlah kehadiran yang berbeda-beda.
Porositas dan kadar air cenderung lebih tinggi pada tanah pelapukan dibandingkan
batuan segarnya, sedangkan berat isi cenderung lebih rendah. Hasil analisis batasbatas Atterberg memperlihatkan bahwa semua contoh termasuk dalam kategori
CH (clay high plasticity).
Semakin dangkal (< 3 m) dan lapuk contoh yg diuji, perubahan volume (vol ?)
semakin kecil (< 4 %). Rasio yang cukup signifikan mempengaruhi besarnya
regangan mengembang adalah rasio (montmorilonit + ilit)/kaolinit, dan rasio
mineral lempung/non lempung, selain itu juga jumlah montmorilonit + ilit.
Regangan mengembang terbesar pada seluruh contoh terbentuk pada arah vertikal,
dan pada arah horizontal cenderung lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan
bahwa regangan mengembang batulempung tersebut bersifat anisotrop. Perubahan
volume terbesar terlihat pada contoh 6 (15,28 %) disusul oleh contoh 5 (8,23 %),
4 (7,54 %), 3 (3,5 %), 2 (2,49 %) dan 1 (1,52 %). Hasil uji kuat geser langsung
sangat jelas memperlihatkan bahwa semakin terjadi penurunan yang sangat
signifikan akibat terjadinya regangan mengembang. Secara umum penurunan kuat
geser akibat perubahan regangan mengembang berkisar antara 45 % - 57 %.