Abstrak Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 1 Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 2 Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 3 Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 4 Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 5 Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Daftar Pustaka Johnny Aruan 22008045.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Sampai saat ini eksplorasi dan eksploitasi di area laut dalam masih merupakan suatu
hal yang baru, khususnya di Indonesia. Hanya satu cekungan laut dalam dari sekian
banyak cekungan di Indonesia yang sudah terbukti telah dapat memproduksikan
hidrokarbon, yaitu dilepas pantai cekungan Kutai. Oleh karena itu data dan studi
mengenai reservoir di daerah tersebut perlu dikaji lebih mendetail maka kemudian
diperlukan teknik yang lebih akurat dan efektif.
Salah satu teknik yang sering digunakan untuk membantu menganalisis dan
menginterpretasikan gambaran kondisi geologi bawah permukaan adalah dengan
menggunakan atribut seismik amplitudo. Sinyal seismik yang umumnya digunakan
untuk mendapatkan informasi reservoir adalah amplitudo. Pendekatan interpretatif
untuk mengevaluasi reservoir dari atribut amplitudo menggunakan asumsi yang
sederhana, yaitu brightspot pada data seismik. Asumsi ini didasarkan pada besar
kecilnya amplitudo, akan lebih tinggi bila saturasi hidrokarbon tinggi, gross thickness
lebih tebal (walaupun dengan beberapa komplikasi tuning effect).
Ekstraksi atribut seismik amplitudo RMS (Root Mean Square) dimaksudkan untuk
melihat perubahan litologi yang ekstrim, seperti keberadaan suatu lapisan reservoir.
Atribut seismik diekstrak dari data seismik 3D Pre-Stack Time Migration (PSTM)
dan 3 data sumur (J-1, J-2 dan J-3) untuk kalibrasi analisis ini. Dari hasil ekstraksi
atribut amplitudo RMS terlihat reservoir terdeteksi dengan baik pada analisis jendela
5 ms keatas dan 5 ms kebawah. Hasil dari analisis juga memperlihatkan potensi
hidrokarbon di slope channel system, umur Pliosen, cekungan Kutai, dengan arah
pengendapan relatif mengarah Barat Laut–Tenggara (NW-SE), dengan dengan lebar
berkisar antara 300 m-1 km, panjang 1-10 km dan ketebalan berkisar antara 10-60 m.
Penggunaan metoda ini untuk pendekatan pemodelan dan distribusi reservoir di slope
channel system dapat digunakan sebagai salah satu alternatif interpretasi reservoir
didaerah ini. Hasil ekstraksi amplitudo RMS dari horison yang diinterpretasikan dari
data seismik memperlihatkan korelasi yang cukup baik antara amplitudo dan
ketebalan reservoir yang divalidasi dari data sumur. Hasil interpretasi memperlihatkan
bahwa paket reservoir di slope channel system umur Pliosen yang berlapis
kemungkinan besar merupakan hasil dari proses pengisian lembah hasil penggerusan
(gully). Keberadaan reservoir-reservoir yang berlapis pada slope system erat kaitannya
dengan geomorfologi dan naik turunnya muka air laut.