Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kondisi yang terjadi pada nervus
medianus (saraf tengah) pada pergelangan tangan yang terjepit akibat tekanan yang
timbul dan memunculkan keluhan rasa sakit, kebas, lemah, dan kesemutan pada
telapak tangan. Perajin mebel memiliki potensi untuk mengalami CTS diakibatkan
aktivitas kerjanya yang melakukan gerakan berulang-ulang, terpapar getaran dari
mesin yang digunkan untuk bekerja, dan postur yang kurang baik ketika bekerja.
Selain faktor pekerjaan, faktor personal atau karakteristik pekerja pun dapat
menjadi faktor risiko dari penyebab CTS pada pekerja. Maka dari itu, variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan dan faktor personal pekerja.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasi analitik dengan pendekatan crosssectional untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan dan personal pekerja dengan
keluhan CTS yang dimiliki oleh perajin mebel di Kelurahan Manongkoki. Jumlah
sampel sebanyak 80 orang dipilih dengan teknik proportional random sampling.
Data diperoleh dari responden menggunakan kuesioner, Phalen Test, obesrvasi
langsung pada aktivitas pekerja, dan pengukuran intensitas getaran menggunakan
alat Human Vibration Meter. Data dianalisis menggunakan SPSS dengan uji Odds
Ratio, Chi-Square, Fisher Exact, dan Regresi Logistik. Sebanyak 51 responden
yang memiliki keluhan CTS ditemukan berdasarkan Phalen Test dan Kuesioner
BCTQ-SSS (Boston Carpal Tunnel Syndrome Symptoms Severity Scale). Hasil
analisis menunjukkan bahwa variabel durasi kerja (OR: 22,9; p=0,000), gerakan
berulang tangan (OR: 4,14; p=0,036), postur janggal tangan (OR: 15,71; p=0,000),
dan Exposure Action Value getaran (OR: 3,20; p=0,028) merupakan faktor risiko
dan memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian keluhan CTS pada perjain
mebel di Kelurahan Manongkoki. Pada penelitian ini, variabel durasi kerja dan
postur janggal tangan memiliki pengaruh yang dominan terhadap kejadian keluhan
CTS. Screening kesehatan dan lingkungan kerja diharapkan dapat dilakukan pada
pekerja informal seperti pada perajin mebel di Kelurahan Manongkoki serta
pengukuran paparan getaran lengan-tangan yang rutin dilakukan pada perajin mebel di Kelurahan Manongkoki. Pelaksanaan pencegahan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, hingga Sistem Manajemen K3 pada pekerja informal juga
perlu dilakukan untuk kesejahteraan dan produktivitas perajin dapat terjaga.