digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nathanael Wilbert
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pesisir tropis yang memberikan banyak manfaat, namun rentan terhadap berbagai ancaman, khususnya gangguan antropogenik yang dapat menyebabkan degradasi ekosistem. Restorasi dan rehabilitasi terumbu karang menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan dan memulihkan kompleksitas struktur dan fungsi ekosistem terumbu karang yang sudah terdegradasi. Metode yang umumnya digunakan untuk upaya restorasi terumbu karang adalah dengan peletakan struktur terumbu artifisial sebagai substrat penyokong pertumbuhan. Di Nusa Penida, khususnya di Pantai Ped, aplikasi metode terumbu artifisial berbagai bentuk sudah dilakukan secara berkala sejak tahun 2017 sehingga sudah terbentuk ekosistem terumbu karang dengan umur yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan komunitas ikan karang pada terumbu artifisial berbeda umur di Pantai Ped, Klungkung, Nusa Penida sebagai salah satu indikator keberhasilan upaya restorasi. Pengambilan data dilakukan pada 5 stasiun penelitian yang terdiri dari 3 stasiun restorasi terumbu karang berbeda umur (1 bulan, 3 tahun, dan 6 tahun) serta 2 stasiun kontrol (habitat awal sebelum adanya restorasi berupa patahan karang dan karang lunak serta habitat alami berupa terumbu karang sehat) pada bulan Februari 2023. Tutupan terumbu karang diukur menggunakan metode point intercept transect sepanjang 10 meter dengan 3 kali pengulangan. Komunitas ikan karang diukur menggunakan metode stationary point count radius 5 meter dengan pengulangan sebanyak 6 kali di setiap stasiun. Hasil analisis persentase tutupan terumbu karang menunjukkan peningkatan kualitas seiring bertambahnya umur terumbu karang. Analisis pada komunitas ikan menunjukkan bahwa coral fish diversity index (CFDI) pada habitat awal dan stasiun 1 bulan termasuk kategori sangat buruk sedangkan pada stasiun 3 tahun dan 6 tahun termasuk kategori buruk dimana hasil tersebut belum menyerupai komunitas ikan pada terumbu alami yang sehat (sedang). Kekayaan dan keanekaragaman spesies ikan meningkat dari habitat awal, terumbu artifisial, dan habitat alami. Kekayaan spesies ikan pada umur 1 bulan tidak berbeda signifikan dengan habitat awal namun berbeda signifikan dengan terumbu artifisial 3 dan 6 tahun. Kekayaan ikan pada habitat awal dan terumbu artifisial lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan habitat alami. Indeks keanekaragaman ikan meningkat secara tidak signifikan dari habitat awal, terumbu artifisial, dan habitat alami. Kekayaan spesies ikan tertinggi pada terumbu artifisial ditemukan pada stasiun 6 tahun (46 ± 4,73 spesies) dan terendah pada stasiun 1 bulan (28,8 ± 5,32 spesies). Kelimpahan total ikan tertinggi pada terumbu artifisial ditemukan pada stasiun 3 tahun (181 ± 20,6 individu) dan terendah pada stasiun 1 bulan (78,5 ± 23,3 individu). Visualisasi komposisi spesies ikan menggunakan non-metric multidimensional scaling (NMDS) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara stasiun pengamatan. Analisis komposisi komunitas ikan pada kategori functional group menunjukkan perubahan gradual seiring bertambahnya umur terumbu karang dimana persentase kelimpahan functional group carnivore yang berasosisasi dengan habitat awal berkurang secara tidak signifikan sedangkan functional grup yang berasosisasi dengan terumbu karang seperti omnivore (planktivore) meningkat secara signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa seiring bertambahnya umur terumbu karang melalui upaya restorasi, terjadi peningkatan pada persentase tutupan karang dan keanekaragaman serta kelimpahan total ikan. Perubahan komposisi komunitas ikan juga mengalami perubahan secara gradual.