Perpustakaan Digital ITB

Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Indonesia menetapkan PSBB dan protokol isolasi diri sendiri. Masyarakat perlu bisa memantau kondisi kesehatan diri dari rumah, tetapi konsultasi dari dokter tetap dibutuhkan sehingga fasilitas layanan kesehatan memanfaatkan aplikasi telemedicine seperti Halodoc dan Alodokter. Namun, aplikasi telemedicine yang ada belum memungkinkan dokter melakukan pemeriksaan menggunakan alat ukur dalam jarak jauh. Oleh karena itu, terdapat penelitian perangkat Respinos untuk mengukur dan mengirimkan data hasil pengukuran pasien memanfaatkan teknologi BLE. Muncul kebutuhan akan aplikasi yang dapat memanfaatkan perangkat Respinos untuk membantu penggunanya memahami kondisi diri dan melakukan konsultasi. Aplikasi ini diberi nama Respinos Health. Respinos Health dirancang menggunakan metode user-centered design. Respinos Health juga perlu memiliki bentuk personalisasi yang dapat mendorong pasien melakukan pemeriksaan diri menggunakan Respinos secara rutin. Perancangan Respinos Health dimulai dengan riset pengguna untuk merumuskan daftar fitur berdasarkan perilaku, wawasan, dan masalah target pengguna. Didapatkan bentuk personalisasi terletak pada fitur pengingat dan fitur konsultasi. Perancangan dilanjutkan dengan pembuatan prototipe. Prototipe low- fidelity dan prototipe high-fidelity masing-masing diuji sekali untuk mendapatkan desain interaksi yang memenuhi usability goals dan user experience goals dari Respinos Health, yaitu easy to learn, efficient to use, helpful, dan engaging. Usability testing untuk prototipe high-fidelity dilakukan menggunakan metrik SEQ, completion rate, SUS, IMI subskala value/usefulness, dan UES-SF. Hasil pengujian menunjukkan prototipe high-fidelity mendapatkan nilai 6.63 untuk SEQ, 98.89% untuk completion rate, 85.8 untuk SUS, 6.64 untuk IMI subskala value/usefulness, dan 4.22 untuk UES-SF. Hasil dari prototipe high-fidelity diimplementasi pada Respinos Health menggunakan framework React Native.