BAB 1 Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Rasyid
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Produksi nikel (Ni) primer di dunia dilakukan dari dua jenis bijih, yaitu bijih sulfida
dan bijih oksida (laterit). Bijih laterit memiliki potensi yang besar untuk menjadi
bahan baku utama untuk memproduksi Ni karena jumlah sumber dayanya yang saat
ini lebih banyak dari bijih sulfida. Dalam studi ini, dipelajari proses ekstraksi Ni
dari bijih nikel laterit berkadar rendah tipe limonit, yang umumnya di industri
diolah dengan proses high-pressure acid leaching (HPAL). Proses HPAL cukup
handal, nmun memerlukan biaya investasi yang relatif tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan metode alternatif proses ekstraksi Ni dari bijih limonit yang
membutuhkan biaya investasi lebih rendah. Dalam penelitian ini, ekstraksi Ni dari
bijih nikel limonit yang berasal dari Morowali, Indonesia, dipelajari dengan metode
sulfatisasi-pemanggangan-pelindian dalam air.
Rangkaian percobaan diawali dengan preparasi sampel yang meliputi blending,
sampling, grinding, dan sieving. Sampel awal yang sudah dipreparasi kemudian
dilakukan karakterisasi menggunakan X-ray diffraction (XRD), X-ray fluorescence
(XRF), thermogravimetric-differential thermal analysis (TGA-DTA) dan scanning
electron microscope-energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS). Percobaan
ekstraksi Ni dari bijih nikel limonit dengan metode sulfatisasi-pemangganganpelindian
dalam air dilakukan pada variasi variabel rasio H2SO4/bijih (g/g), suhu
pemanggangan (°C), waktu pemanggangan (menit), rasio penambahan air/bijih
(g/g) dalam tahap pelindian, dan konsentrasi H2SO4 dalam pelindian (M).
Pemanggangan dilakukan dua tahap, yaitu tahap pra-pemanggangan dan
pemanggangan, dengan suhu pra-pemanggangan 400 °C dan waktu prapemanggangannya
60 menit. Seluruh percobaan dilakukan pada suhu pelindian 80
°C, waktu pelindian 30 menit, rasio solid-liquid (S/L) 0,05 g/ml, fraksi ukuran bijih
-200#, dan kecepatan pengadukan 400 rpm. Produk sulfatisasi, pemanggangan, dan
residu pelindian pada kondisi terbaik dianalisis menggunakan SEM-EDS dan XRD.
Persen ekstraksi Ni tertinggi, yaitu 79,30%, dengan persen ko-ekstraksi Fe yang
cukup rendah, yaitu 8,77%, diperoleh dari percobaan dengan rasio H2SO4/bijih 0,6
g/g, suhu pemanggangan 700 °C, waktu pemanggangan 60 menit, rasio
penambahan air/bijih 0,4 g/g, dalam pelindian menggunakan air. Peningkatan rasio
H2SO4/bijih dan rasio penambahan air/bijih cenderung meningkatkan persen
ekstraksi Ni. Peningkatan suhu pemanggangan hingga 700 °C dan waktu
pemanggangan hingga 60 menit cenderung meningkatkan persen ekstraksi Ni. Saat
suhu pemanggangan lebih dari 700 °C dan waktu pemanggangan lebih dari 60
menit, dekomposisi nikel sulfat lebih banyak terjadi sehingga menurunkan persen
ekstraksi Ni. Penggunan dan peningkatan konsentrasi H2SO4 dalam pelindian tidak
mempengaruhi persen ekstraksi Ni secara signifikan.