digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muh Rafli Hanan Mahendra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia memilih untuk terlibat dalam pasar modal (go public) melalui initial public offering (IPO) guna menarik investasi lebih banyak dan meningkatkan stabilitas keuangan perusahaan mereka. Potensi investasi tersebut dapat terlihat seiring dengan peningkatan jumlah investor yang tersedia di pasar modal. Pergerakan harga saham yang cukup fluktuatif di pasar sekunder dengan nilai wajar perusahaan menyebabkan adanya persepsi risiko yang tinggi sehingga muncul keraguan pada investor untuk berinvestasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai wajar saham PTBA menggunakan metode discounted cash flow (DCF) valuation (FCFE model) dan relative valuation untuk menentukan status harga saham PTBA (overvalued, fair valued, atau undervalued). Berdasarkan analisis dengan metode valuasi DCF (FCFE model), diperoleh nilai intrinsik saham PT Bukit Asam Tbk adalah Rp2,326 per lembar. Hal ini menunjukan bahwa harga per lembar saham PTBA saat ini (25 Mei 2023) Rp3,010 berada diatas nilai tersebut (overvalued). Untuk mendukung valuasi tersebut dilakukan relative valuation dengan hasil bahwa nilai PBV, PER, dan EV/EBITDA PTBA berada diatas rata-rata pasar (overvalued relative basis). Oleh sebab itu, harga saham PTBA saat ini yaitu Rp3,010 (25 Mei 2023) dinilai mahal (overvalued), sehingga direkomendasikan kepada calon investor untuk menunda berinvestasi pada saham PTBA karena berpotensi mengalami kerugian sebesar 22%.