ABSTRAK Muhammad Zaidan Al Fikri
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Zaidan Al Fikri
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Saat ini, ekstraksi nikel secara komersial dari bijih nikel laterit berkadar rendah tipe
limonit umumnya dilakukan melalui proses High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Salah satu permasalahan yang dihadapi pabrik HPAL adalah volume residu yang
sangat besar dengan tonase sekitar 1,4-1,6 kali lipat dari bijih yang diolah. Residu
pabrik HPAL menjadi isu lingkungan dan pemanfaatannya masih belum banyak
dilakukan. Kandungan utama residu HPAL adalah besi (Fe), yang salah satu potensi
pemanfaatannya adalah untuk membuat besi fosfat (FePO4) yang dapat digunakan
sebagai bahan baku katoda baterai ion-lithium tipe lithium-ferrophospate (LFP).
Untuk menghasilkan FePO4 murni, larutan hasil pelindian harus dimurnikan,
khususnya untuk memisahkan aluminium dari besi. Dalam penelitian ini dilakukan
pemurnian larutan hasil pelindian residu HPAL untuk memisahkan Al dari Fe dan
menghasilkan larutan prekursor FePO4 dengan kemurnian tinggi.
Serangkaian percobaan dilakukan untuk mensintesis FePO4 dari residu pabrik
HPAL nikel yang meliputi pelindian residu dalam larutan H2SO4 5 M, presipitasi
Fe-hidroksida, pelindian Al dalam presipitat Fe-hidroksida dengan larutan NaOH
(pelindian kaustik), pelindian kembali residu kaya Fe dari pelindian kaustik dengan
larutan H2SO4 5 M, dan presipitasi besi fosfat. Pelindian dengan larutan H2SO4 5
M dilakukan untuk melarutkan Fe dengan kondisi mengacu pada penelitian
sebelumnya. Percobaan presipitasi hidroksida dilakukan pada variasi pH 2,5–5,0
untuk memisahkan Fe dari Al. Pelindian kaustik dilakukan terhadap presipitat Fe-
Al-hidroksida untuk melarutkan Al yang ikut mengendap bersama Fe dengan
variasi konsentrasi NaOH 150–300 g/L, suhu 70–100 °C, rasio padat/cair
(solid/liquid, S/L) 0,25–0,40 g/mL, dan waktu pelindian 10–50 menit. Residu kaya
Fe yang diperoleh kemudian dilakukan pelindian kembali dengan asam sulfat 5 M
untuk melarutkan kembali Fe dan menghasilkan larutan untuk presipitasi FePO4.
Presipitasi FePO4 dilakukan dengan menggunakan diamonium fosfat (DAP).
Hasil percobaan presipitasi hidroksida memberikan persen presipitasi Fe dan Al
yang meningkat seiring meningkatnya pH dari 2,5 hingga 5. Nilai selektivitas
presipitasi Fe terhadap Al paling tinggi pada pH 3, yaitu sebesar 0,52. Percobaan
pelindian kaustik memberikan persen ekstraksi Al tertinggi yaitu 88,88% pada
percobaan dengan konsentrasi NaOH 250 g/L, suhu 100 oC, rasio S/L 0,33 g/mL,
waktu pelindian 40 menit, dan kecepatan pengadukan 400 rpm. Peningkatan
konsentrasi NaOH dari 150 hingga 250 g/L meningkatkan pelarutan Al, namun
cenderung menurun apabila konsentrasi NaOH dinaikkan lebih lanjut. Peningkatan
suhu dan waktu pelindian, dan penurunan rasio S/L pada rentang yang diuji
meningkatkan persen pelarutan Al. Produk FePO4 yang diperoleh pada kondisi
optimum memiliki ukuran rata-rata partikel 413,6 nm dan kadar Fe 29,03% (berada
dalam rentang kadar Fe dalam FePO4 komersial, yaitu 29-30%).