digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seiring bertambahnya umur jembatan, terdapat perubahan baik dari demand beban pada jembatan maupun kapasitas jembatan dalam menahan beban, hal ini tentunya perlu dijadikan perhatian. Indonesia sendiri memiliki banyak jembatan eksisting yang telah lama berdiri, salah satunya Jembatan Talumolo 2 di Gorontalo. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud melakukan pemeriksaan kondisi Jembatan Talumolo 2 dan mengevaluasi kapasitas serta kinerja struktur jembatan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemodelan FEM struktur jembatan Talumolo 2 menggunakan software MIDAS Civil 2022 dengan terlebih dahulu melakukan construction stage analysis dan model updating agar kondisi eksisting struktur tergambar dengan baik, hasil pemodelan dikalibrasi dengan hasil pemeriksaan geometrik lapangan, uji beban statis dan uji beban dinamis yang telah dilakukan sebelumnya. Pemodelan FEM yang terkalibrasi tersebut dipakai untuk melakukan penilaian kapasitas jembatan Talumolo 2 terhadap pembebanan pada kondisi batas layan dan ultimit berdasarkan beban desain yang berlaku menggunakan metode Load & Resistance Factor Rating (LRFR) sesuai dokumen AASHTO: The Manual For Bridge Evaluation. Hasil penilaian kapasitas yang ada berupa nilai lendutan jembatan terhadap beban kendaraan dimana terjadi lendutan sebesar 27.7 mm dari persyaratan yang ada sebesar 102.2mm, tegangan dengan rating factor terkritis berupa tegangan tarik yang terjadi pada elemen hanger sebesar 1.560, dan untuk kapasitas ultimit dengan rating factor terkritis berupa kapasitas lentur yang terjadi pada elemen cross girder dimana besarannya 0.761 untuk level design inventory dan 0.986 untuk level design operating. Selanjutnya, pada penelitian ini dilakukan juga analisis performa struktur jembatan terhadap beban seismik dengan menggunakan metode Non Linier Time History Analysis (NLTHA). NLTHA dilakukan menggunakan tujuh rekaman gerakan tanah (ground motion) yang mewakili gerakan tanah pada lokasi struktur jembatan yang dikaji. Ground motion yang digunakan berupa 3 set dengan mekanisme shallow crustal, 2 set dengan mekanisme megathrust dan 2 set dengan mekanisme benioff. Khusus untuk ground motion dengan mekanisme shallow crustal, ground motion yang ada perlu memiliki karakteristik near-fault, yaitu memiliki tipe pulse-like, dimana penggunaan ground motion dengan karakteristik ini terbukti memiliki efek signifikan terhadap respon struktur, hal ini terlihat dengan terjadinya yield pertama pada sendi plastis dan gaya base shear terbesar terjadi pada time-step dimana terdapat karakteristik pulse. Berdasarkan hasil NLTHA, dengan kondisi eksisting yang ada dapat diketahui level kinerja (performance level) sesuai batasan dari NCHRP Research Report 949 yaitu masuk pada level Fully Operational baik pada Upper Hazard Level maupun Lower Hazard Level. Dalam pemeriksaan respon struktur jembatan terhadap beban seismik ini didapatkan juga permasalahan kondisi eksisting struktur Jembatan Talumolo 2 yang yang mengalami kerusakan expansion joint dapat mempengaruhi respon struktur atas apabila menahan beban seismik. Perletakan HDRB pada struktur juga diketahui tidak memiliki spacing yang cukup saat menerima beban seismik rencana sesuai dengan peraturan pembebanan gempa terbaru. Dari kerusakan dan kekurangan yang ada, dilakukan studi terkait perencanaan retrofit yang dapat diusulkan untuk dilakukan pada struktur jembatan agar dapat meningkatkan kapasitas dan kinerja jembatan terhadap pembebanan yang berlaku, antara lain perkuatan lentur pada elemen cross girder menggunakan FRP Jacketing, pergantian expansion joint dengan sistem seismic expansion joint dan mencegah terjadinya pounding. Pencegahan pounding tersebut dapat dilakukan dengan mengeliminasi bagian elemen struktur pierhead atau mengganti sistem isolasi HDRB dengan yang dapat membatasi displacement sesuai ketersediaan ruang gerak yang ada. Dari hasil studi parametrik yang dilakukan juga diketahui bahwa peningkatan besaran damping ratio pada HDRB lebih efektif dalam membatasi displacement yang terjadi dikarenakan tidak terjadi peningkatan gaya dalam pada struktur atas seperti apabila dilakukan peningkatan kekakuan efektif.