digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lidya Nur Assifa
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Lidya Nur Assifa
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

Konsentrasi PM2.5 per tahun di Jakarta menyentuh kelipatan empat sampai lima kali dari batas ambang panduan kualitas udara dari WHO. Kualitas udara yang buruk ini mempengaruhi kesehatan masyarakat maupun lingkungan di dalamnya. Terdapat sekitar 5,5 juta jiwa yang berkaitan dengan penyakit polusi udara di Jakarta tahun 2010 atau sekitar 11 kasus per menit dengan biaya pengobatan Rp60,8 triliun pada tahun 2022. Dikutip dari hasil laporan akhir kegiatan pemantauan kualitas udara di DKI Jakarta tahun 2021, data harian konsentrasi tinggi PM2.5 memiliki persentase di atas 80% pada SPKUA 4, Lubang Buaya Jakarta Timur. Interaksi antara PM2.5 dan faktor meteorologi memainkan peran penting dalam analisis pencemaran udara (Yang dkk., 2017). Tujuan dari penelitian ini untuk memahami karakteristik nilai ekstrem PM2.5 dengan variabel meteorologi yang mempengaruhinya di Jakarta Timur pada Juni hingga Agustus 2022. Data observasi PM2.5 didapatkan dari PT. Nafas Indonesia di stasiun Condet, Jakarta Timur. Variabel meteorologi yang dipertimbangkan adalah kestabilan atmosfer yang diwakili oleh temperatur potensial, kecepatan angin, dan curah hujan. Kurva CDF (Cumulative Distribution Function) digunakan untuk mendapatkan nilai konsentrasi ekstrem tinggi dan rendah PM2.5. Karakteristik kondisi ekstrem ditunjukan dengan nilai konsentrasi yang lebih besar dibandingkan rata-rata musimannya, serta terdapat perbedaan pola diurnal pada keduanya yaitu pada kasus ekstem puncak konsentrasi PM2.5 terjadi pada pagi dan sore hari, sedangkan pada rata-rata musimannya berpuncak pada malam hingga pagi hari. Saat kasus ekstrem tinggi kondisi atmosfer cenderung tidak stabil ditunjukan dengan nilai d?/dp lebih besar dibandingkan saat ekstrem rendah. Kecepatan angin saat kasus ekstrem tinggi lebih rendah dibandingkan dengan kasus ekstrem rendah. Serta, tidak ada kejadian hujan pada saat kasus ekstrem tinggi dan terdapat hujan pada kasus ekstrem rendah.