COVER Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Dea Mira Christin Haloho
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Pola curah hujan di wilayah Jawa bagian barat secara umum diklasifikasikan sebagai
pola monsunal, yaitu pola dengan satu puncak curah hujan dalam satu tahun. Di sisi
lain, terdapat penelitian yang menemukan adanya pola dua puncak curah hujan
dalam satu tahun di wilayah tersebut. Perbedaan pola curah hujan ini dapat
diakibatkan oleh perbedaan jumlah stasiun, distribusi stasiun, maupun panjang data
yang digunakan, sehingga kurang mampu merepresentasikan curah hujan secara
detail pada wilayah yang luas dan topografi yang kompleks. Variasi curah hujan
antar-tahunan (inter-annual) di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh fenomena El
Niño-Southern Oscillation (ENSO). ENSO secara signifikan mempengaruhi
magnitude serta awal musim hujan di wilayah kajian.
Penelitian ini mendetailkan kembali pola curah hujan di wilayah Jawa bagian barat
dengan menggunakan metode local maxima dan memanfaatkan jumlah stasiun yang
lebih banyak, lebih terdistribusi secara merata, serta memilki data yang lebih
panjang. Analisis diperluas dengan melihat dampak fenomena ENSO terhadap pola
curah hujannya.
Identifikasi ini menghasilkan tiga pola curah hujan, yaitu pola 1, 2, dan 3 puncak
curah hujan. Stasiun dengan 1 puncak pada umumnya berada di wilayah utara
(wilayah lowland), sedangkan stasiun dengan 2 dan 3 puncak dominan berada di
wilayah tengah hingga selatan (wilayah highland) Jawa bagian barat. Perbedaan
pola yang kontras antara wilayah lowland dan highland, menunjukkan bahwa
topografi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi curah hujan di wilayah
Jawa bagian barat. Kemudian, fenomena La Niña menyebabkan peningkatan nilai
curah hujan hampir di seluruh wilayah pada periode Agustus hingga November dan
menyebabkan adanya penambahan jumlah puncak serta waktu puncak yang lebih
awal dibandingkan dengan klimatologisnya. Di sisi lain, El Niño menyebabkan nilai
curah hujan berkurang hampir di seluruh wilayah pada periode Juni hingga Oktober,
namun El Niño cenderung tidak mengubah pola curah hujan di Jawa bagian barat.