digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Izzatul Husna.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Indonesia memiliki kawasan hutan yang luas dengan 29,6 juta hektar hutan termasuk bagian dari hutan lindung. Hutan lindung memiliki potensi untuk melakukan sekuestrasi karbon, yaitu penangkapan dan penyimpanan karbon dari atmosfir dalam jangka waktu yang panjang. Kemampuan hutan lindung untuk melakukan sekuestrasi karbon merupakan salah satu bentuk strategi mitigasi perubahan iklim yang dapat memiliki valuasi moneter. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi cadangan stok karbon serta valuasi moneter yang terkandung di dalamnya sebagai upaya meningkatkan konservasi hutan. Petak 32A yang merupakan hutan agroforestri Pinus merkusii dan Coffea arabica dipilih sebagai pembanding untuk hutan dengan tegakan dominan pinus lainnya. Metode yang digunakan untuk mengukur stok karbon adalah non-destructive dengan mengacu pada SNI 7724:2011 serta persamaan alometrik penelitian pendahulu. Adapun cadangan karbon pada petak 32A berkisar 2.554,449 tonC atau 89,32 tonCha-1 dengan estimasi masa akhir usia produktif pada rentang tahun 2043 hingga 2053 dan laju penyerapan karbon maksimum 17,07 tonC/tahun. Dengan nilai indeks biodiversitas sedang, kemerataan rendah, serta dominansi sedang, petak 32A memiliki valuasi ekonomi sebesar Rp24,499,787.18.- per hektar sesuai dengan skema REDD+ yang berlaku.