Untuk alasan kesehatan dan keselamatan kerja, pekerja industri cat perlu mewaspadai risiko
kesehatan yang dapat terjadi akibat terpapar pewarna berbahan dasar logam, seperti kromium
heksavalen (Cr(IV)). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pajanan logam Cr pada
pekerja industri cat dari rute pajanan inhalasi dan dermal, beserta potensi kuantitas dan
risikonya di tiga industri cat di Indonesia, yaitu PT A, PT B, dan PT C. Pengambilan sampel
pajanan Cr pada rute inhalasi dan dermal bertururt dilakukan menggunakan filter MCE pada
personal sampling pump dan sebagai skin patch pada kulit terbuka. Berdasarkan NIOSH 7702
issue 1, konsentrasi logam berat Cr yang tertangkap dalam filter MCE diukur dengan metode
X-Ray Fluorescence (XRF). Evaluasi pajanan pekerja industri cat terhadap logam berat Cr
melalui inhalasi dan dermal masing-masing mengacu pada dokumen Risk Assessment
Guidance for Superfund Volume I: Human Health Evaluation Manual (Part F dan E) untuk
mendapatkan nilai exposure concentration (EC) inhalasi dan average daily dose (ADD)
dermal. Nilai rata-rata konsentrasi pajanan Cr melalui inhalasi dan dermal berturut adalah
0,0573 ± 0,0435 µg/cm3 dan 4,32 ×10-6 ± 4,73 × 10-6
mg/cm2
.hari, sehingga dapat dikatakan
berada dibatas aman. Nilai EC dan ADD yang diperoleh digunakan untuk menentukan
kuantifikasi risiko karsinogenik dan nonkarsinogenik yang diterima oleh pekerja industri cat.
Karakterisasi risiko nonkarsinogenik total melalui inhalasi dan dermal akan dikuantifikasi
sebagai Hazard Quotient (HQ) dan Hazard Index (HI) sedangkan risiko karsinogenik akan
dikuantifikasi sebagai Excess Lifetime Cancer Risk (ELCR). Berdasarkan nilai HI, disimpulkan
bahwa tidak terdapat kemungkinan efek kesehatan nonkarsinogenik parah yang dapat muncul
akibat pajanan logam Cr. Berdasarkan nilai ELCR, terdapat kenaikan kasus kanker sebanyak
3 kasus di dalam populasi dengan 10 ribu jiwa dibandingkan dengan populasi dengan jumlah
jiwa yang sama dengan yang tidak terkena pajanan. Hal ini diperburuk dengan status
karsinogenik logam berat Cr yang dikategorikan pada Group A; 1, yaitu carcinogen to humans
oleh IARC. Risiko karsinogenik ini berada diatas nilai ambang batas yang ditentukan, sehingga
diperlukan manajemen risiko secepatnya. Selain itu, konsentrasi logam berat Cr di udara pada
ketiga industri memiliki nilai rata-rata 0,14 ± 0,095 µg/m3
. Dari ketiga industri tersebut, dapat
disimpulkan bahwa PT A memiliki konsentrasi logam berat Cr tertinggi dari kedua industri
lainnya. Hasil pengukuran tersebut dapat dikatakan masih berada dalam batasan nilai ambang
batas oleh ATSDR, yaitu sebesar 0,5 mg/m3
. Uji Kruskal-Wallis dan Wilcoxon Sum-Rank
berfungsi untuk menentukan perbedaan yang signifikan pajanan terhadap beberapa faktor.
Berdasarkan uji ini, pajanan melalui jalur inhalasi, risiko karsinogenik, dan risiko nonkarsinogenik memiliki perbedaan yang signifikan terhadap bagian pekerjaan pekerja cat.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat pajanan inhalasi Cr yang lebih besar pada bagian
produksi dan logtistik ketimbang pada bagian nonproduksi. Bagian produksi terpapar Cr secara
langsung karena bekerja di dekat bahan baku yang mengandung logam berat Cr. Sementara itu,
bagian nonproduksi dan logistik masing-masing bekerja pada ruang kantor atau gudang.
Pekerja logistik bekerja di warehouse cat yang memiliki sirkulasi udara tidak baik. Manajemen
risiko bertujuan untuk mengurangi pajanan sehingga mengurangi risiko akibat pajanan yang
diterima oleh pekerja, sebagai berikut: penggunaan APD yang baik dan benar, sosialisasi
bahaya kerja dan pentingnya APD secara berkala, peningkatan imunitas tubuh pekerja untuk
mencegah penurunan berat badan dan terserangnya penyakit, dan peninjauan kembali waktu kerja untuk mencegah pajanan Cr secara terus menerus