Salah satu sungai yang berperan penting bagi penduduk Kota Jakarta adalah Sungai
Ciliwung. Semenjak berkembangnya pembangunan dan meningkatnya jumlah
penduduk di Kota Jakarta, Sungai Ciliwung mulai mengalami banyak perubahan
seperti penurunan kualitas air sungai akibat pencemaran oleh limbah dan sampah,
bertambahnya jumlah pemukiman di sekitar bantaran sungai serta berkurangnya
kapasitas tampungan sungai salah satunya akibat sedimentasi. Diantara daerah yang
mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi adalah Ruas Kalibata sampai
Kampung Melayu. Akibat kondisi tersebut, bantaran sungai Ciliwung dimanfaatkan
untuk berbagai aktivitas, salah satunya sebagai pemukiman penduduk. Walaupun
kegiatan pengendalian banjir Jakarta telah dilakukan, namun tetap saja lokasi
terdampak banjir cukup parah khususnya daerah Kampung Melayu, Kalibata,
sampai Rawajati. Salah satu faktor penyebab banjir pada Sungai Ciliwung adalah
penumpukan sedimen pada badan sungai sehingga menyebabkan menurunnya
kapasitas tampungan sungai. Sedimen pada sungai Ciliwung tidak hanya terdiri dari
tanah bahkan berupa sampah dan limbah yang masuk ke sungai. Tetapi dalam
penelitian ini hanya mengkaji sedimentasi berupa tanah. Untuk itu perlu dilakukan
suatu kajian morfologi pada Sungai Ciliwung Ruas Kalibata – Kampung Melayu
sebagai salah satu upaya dalam pengendalian banjir Jakarta.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan model 1 dimensi HECRAS 6.1 dengan
aliran steady dan unsteady. Kondisi batas hulu kajian akan menggunakan debit
harian 10 tahun dari data Pos Duga Air MT. Haryono dan data pengukuran sedimen.
Untuk batas hilir menggunakan normal depth dengan kemiringan 0.0005. Pada
penelitian ini juga menggunakan metode USLE untuk menganalisis besaran potensi
erosi lahan pada DAS Ciliwung. Untuk analisa sedimentasi menggunakan metode
Meyer Peter Muller.
Berdasarkan analisis USLE yang dilakukan didapatkan volume erosi yaitu sebesar
102.598 m3/tahun dan yang masuk ke sungai sebesar 25.86% yaitu sebesar 26,531.9
m3/tahun. Penelitian ini menggunakan 2 skenario yaitu kondisi sebelum normalisasi
dan setelah normalisasi. Dalam kurun waktu 10 tahun, dengan kondisi penampang
yang belum dinormalisasi total degradasi yang terjadi di Sungai Ciliwung Ruas
Kalibata – Kampung Melayu sebesar 29,078.2 ton atau rata-rata sebesar 2,907.82
ton/tahun dan agradasi sebesar 205.738.2 ton atau sekitar 20,573.82 ton/tahun.
Perubahan dasar saluran cenderung mengalami agradasi di sepanjang Sungai
Ciliwung Ruas Kalibata – Kampung Melayu pada kondisi sungai telah
dinormalisasi. Dalam kurun waktu 10 tahun, dengan kondisi penampang yang telah
dinormalisasi total degradasi yang terjadi di Sungai Ciliwung Ruas Kalibata –
Kampung Melayu sebesar 3767.74 ton atau rata-rata sebesar 376.77 ton/tahun dan
agradasi sebesar 168,744.9 ton atau sekitar 16,874.49 ton/tahun.
Pada P193 yang terletak di daerah Kalibata dengan kondisi penampang telah
dinormalisasi mempunyai kapasitas sebesar 555.8995 m3/detik. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa kapasitasnya bertambah menjadi 570.669 m3/detik dengan
tinggi agradasi berkisar 1 m. Pada P106 yang terletak di Kampung Melayu
mempunyai kapasitas 525.6173 m3/detik. Akibat agradasi maka kapasitas
penampang berkurang menjadi 492.2539 m3/detik dengan tinggi agradasi 1.3 m.
Setelah penampang sungai dinormalisasi, terjadi penurunan total degradasi pada
Sungai Ciliwung Ruas Kalibata – Kampung Melayu. Hal ini disebabkan oleh
bertambahnya kapasitas sungai menyebabkan kecepatan debit aliran menjadi kecil
sehingga tidak menggerus dasar sungai.