digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Probenesid merupakan senyawa golongan urikosurik yang termasuk ke dalam daftar senyawa doping World Anti-Doping Agency (WADA) dalam kategori senyawa diuretik dan agen masking karena dapat menyebabkan reduksi substansial terhadap ekskresi steroid androgenik endogen dan sintetik. Nilai Minimum Required Performance Levels (MRPL) probenesid yang ditetapkan WADA sebesar 200 ng/mL, terukurkan sebagai bentuk probenesid utuh dan bebas. Sementara itu, persentase bentuk utuh probenesid yang terekskresikan melalui urin cenderung kecil, sehingga dibutuhkan suatu metode preparasi sampel yang mampu memisahkan analit secara selektif dan memekatkan sampel (prakonsentrasi probenesid), salah satunya adalah dengan mengembangkan polimer tercetak molekul atau Molecularly Imprinted Polymer (MIP) untuk senyawa probenesid. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan optimasi sintesis dan karakterisasi MIP probenesid dalam berbagai pelarut. Pada penelitian ini disintesis MIP probenesid dengan monomer akrilamida, menggunakan etilena glikol dimetakrilat (EDGMA) sebagai pengikat silang, dan 2,2-azo bis-isobutironitril (AIBN) sebagai inisiator. Pada tahapan sintesis dilakukan optimasi rasio probenesid-akrilamida pada rasio 1:4, 1:5, dan 1:6 dalam pelarut aseton, serta optimasi pelarut porogen yang digunakan yaitu tetrahidrofuran (THF), aseton, asetonitril, dan kloroform. Berdasarkan pengamatan secara visual dan karakterisasi menggunakan spektrofotometer inframerah (FTIR), MIP paling baik dihasilkan dengan sintesis menggunakan rasio probenesid-akrilamida 1:6 dimana pada spektrum inframerah MIP terdapat kemunculan puncak-puncak khas probenesid yang tidak muncul pada spektrum Non-Imprinted Polymer (NIP) dan berbeda dengan spektrum campuran fisik NIP dan probenesid. Pada tahapan ekstraksi, pelarut asetonitril juga berhasil mengekstraksi molekul cetakan probenesid dari MIP yang terbentuk, dibuktikan melalui pemeriksaan dengan FTIR terhadap MIP sebelum dan setelah ekstraksi, serta pemeriksaan spektrofotometer ultraviolet-sinar tampak (UV-Vis) terhadap larutan pengekstraksi. Berdasarkan hasil batch binding analysis, MIP aseton memiliki nilai kapasitas pengikatan analit paling tinggi (Q = 3,888) sementara MIP THF memiliki nilai IF paling tinggi (IF = 2). MIP aseton, asetonitril, dan THF memiliki nilai IF di atas satu, yang mana menunjukkan MIP tersebut berhasil terbentuk dan memiliki kapasitas pengikatan yang lebih baik terhadap probeenesid dibandingkan dengan NIP.