Probenesid merupakan senyawa golongan urikosurik yang termasuk ke dalam
daftar senyawa doping World Anti-Doping Agency (WADA) dalam kategori
senyawa diuretik dan agen masking karena dapat menyebabkan reduksi substansial
terhadap ekskresi steroid androgenik endogen dan sintetik. Nilai Minimum
Required Performance Levels (MRPL) probenesid yang ditetapkan WADA sebesar
200 ng/mL, terukurkan sebagai bentuk probenesid utuh dan bebas. Sementara itu,
persentase bentuk utuh probenesid yang terekskresikan melalui urin cenderung
kecil, sehingga dibutuhkan suatu metode preparasi sampel yang mampu
memisahkan analit secara selektif dan memekatkan sampel (prakonsentrasi
probenesid), salah satunya adalah dengan mengembangkan polimer tercetak
molekul atau Molecularly Imprinted Polymer (MIP) untuk senyawa probenesid.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan optimasi sintesis dan karakterisasi MIP
probenesid dalam berbagai pelarut. Pada penelitian ini disintesis MIP probenesid
dengan monomer akrilamida, menggunakan etilena glikol dimetakrilat (EDGMA)
sebagai pengikat silang, dan 2,2-azo bis-isobutironitril (AIBN) sebagai inisiator.
Pada tahapan sintesis dilakukan optimasi rasio probenesid-akrilamida pada rasio
1:4, 1:5, dan 1:6 dalam pelarut aseton, serta optimasi pelarut porogen yang
digunakan yaitu tetrahidrofuran (THF), aseton, asetonitril, dan kloroform.
Berdasarkan pengamatan secara visual dan karakterisasi menggunakan
spektrofotometer inframerah (FTIR), MIP paling baik dihasilkan dengan sintesis
menggunakan rasio probenesid-akrilamida 1:6 dimana pada spektrum inframerah
MIP terdapat kemunculan puncak-puncak khas probenesid yang tidak muncul pada
spektrum Non-Imprinted Polymer (NIP) dan berbeda dengan spektrum campuran
fisik NIP dan probenesid. Pada tahapan ekstraksi, pelarut asetonitril juga berhasil
mengekstraksi molekul cetakan probenesid dari MIP yang terbentuk, dibuktikan
melalui pemeriksaan dengan FTIR terhadap MIP sebelum dan setelah ekstraksi,
serta pemeriksaan spektrofotometer ultraviolet-sinar tampak (UV-Vis) terhadap
larutan pengekstraksi. Berdasarkan hasil batch binding analysis, MIP aseton
memiliki nilai kapasitas pengikatan analit paling tinggi (Q = 3,888) sementara MIP
THF memiliki nilai IF paling tinggi (IF = 2). MIP aseton, asetonitril, dan THF
memiliki nilai IF di atas satu, yang mana menunjukkan MIP tersebut berhasil
terbentuk dan memiliki kapasitas pengikatan yang lebih baik terhadap probeenesid
dibandingkan dengan NIP.