Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
PT Agri adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan dan minuman (food
and beverage consumer goods). Saat ini, PT Agri sedang mengevaluasi proses serah terima
bahan kemas yang memiliki tingkat pemborosan cukup tinggi sebesar 5,98%. Angka ini
berada di atas standar yang ditetapkan perusahaan, yakni 2%. Berdasarkan hasil wawancara
pendahuluan dengan Production Manager PT Agri, salah satu kemungkinan penyebab dari
fenomena ini adalah proses serah terima bahan kemas yang kurang efisien. PT Agri juga
belum pernah melakukan upaya perbaikan yang berfokus pada pemetaan dan perancangan
proses bisnis pada aktivitas serah terima bahan kemas. Oleh karena itu, penelitian ini
berfokus pada pemetaan dan perbaikan aktivitas serah terima bahan kemas yang dilakukan
PT Agri. Harapannya, perbaikan ini dapat mengeliminasi pemborosan yang terjadi dan
meningkatkan produktivitas proses sesuai objektif yang ditetapkan perusahaan.
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemetaan dan perbaikan proses bisnis PT
Agri dalam penelitian ini adalah model-based and integrated process improvement (MIPI).
Pemilihan metodologi ini dilakukan karena dirasa sesuai dengan profil perusahaan dan
kejelasan tahapan yang perlu dilakukan untuk menyusun rancangan perbaikan. Tahapan
perbaikan dimulai dengan memahami profil perusahaan terlebih dahulu, yang dilanjutkan
dengan pemetaan proses bisnis eksisting. Pemetaan dilakukan dengan melakukan
wawancara terhadap pemangku kebijakan dan observasi proses secara langsung. Hasil
pemetaan ini kemudian dipetakan dalam format workflow survey dan process profile
worksheet, dan divisualisasikan dalam bentuk cross-functional diagram. Proses yang sudah
terpetakan juga dianalisis nilai tambahnya. Selanjutnya, proses yang terpetakan diolah
dengan menghitung waktu siklus pada analisis value stream mapping (VSM) dan diurutkan
berdasarkan waktu siklusnya. Hasil perhitungan ini diolah dengan diagram Pareto untuk
menentukan proses bisnis kritis yang akan diperbaiki. Perbaikan dilakukan dengan
mengidentifikasi pemborosan pada aktivitas kritis dengan analisis pemborosan dan
identifikasi akar masalah. Hasil pengolahan ini kemudian dijadikan dasar dalam menentukan
usulan perbaikan yang dapat diberikan. Proses usulan yang sudah diperbaiki kemudian
dipetakan kembali dengan tools yang sudah digunakan sebelumnya.
Usulan perbaikan yang diberikan terdiri dari pembuatan SOP yang sesuai dengan aktivitas,
digitalisasi proses dengan sistem informasi, serta pelatihan pegawai untuk standardisasi
kemampuan. Berdasarkan usulan perbaikan yang diberikan, jumlah proses yang dilakukan
berkurang dari 55 aktivitas menjadi 45 aktivitas. Selain itu, aktivitas yang kurang bernilai
tambah juga mengalami penurunan, dengan pengurangan sebesar 12,53%