digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kota Makassar secara administratif sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di satu sisi, keterbatasan lahan menjadi penghambat sehingga perkembangan kota terus mengalami perluasan ke wilayah pinggiran yang ada di sekitarnya. Adanya perkembangan kota yang terus terjadi ke wilayah pinggiran mengakibatkan Kota Makassar sebagai kota inti menyatu dengan kawasan perkotaan di tiga kabupaten sekitarnya, yaitu Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar. Hal inilah yang menjadi dasar terbentuknya Kawasan Metropolitan Mamminasata. Perkembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata terus terjadi yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, peningkatan jumlah penduduk dan perubahan fisik wilayah. Selain itu, perubahan fisik wilayah yang terjadi terutama di Kota Makassar memberikan dampak banjir di sebagian wilayahnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifiksi perkembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata yang ditinjau dari transformasi ekonomi, sosial kependudukan dan fisik wilayah, serta melihat bagaimana hubungan antara perubahan guna lahan dengan banjir yang terjadi di Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian campuran karena menggunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh merupakan data sekunder. Transformasi ekonomi menggunakan analisis laju pertumbuhan ekonomi, analisis Location Quotient (LQ), analisis shift share dan memperhitungkan potensi desa pada tiap wilayah. Analisis sosial kependudukan menggunakan analisis laju pertumbuhan penduduk, proyeksi penduduk dan tingkat kepadatan penduduk. Transformasi fisik wilayah dikaji berdasarkan sebaran desa urban dan perubahan penggunaan lahan. Hubungan banjir dilihat berdasarkan analisis spasial yang didasari atas wilayah terdampak banjir dan perubahan penggunaan lahan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu transformasi ekonomi, sosial kependudukan dan fisik wilayah pada Kawasan Metropolitan Mamminasata mengakibatkan sebagian besar wilayah telah mencirikan kawasan perkotaan, seperti pertumbuhan ekonomi, peningkatan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, bertambahnya jumlah desa urban, serta peningkatan lahan terbangun. Dapat disimpulkan juga bahwa ada hubungan antara perubahan guna lahan dengan bencana banjir yang terjadi di Makassar.