Berbagai genre film dirilis setiap tahunnya, namun film bergenre horor yang identik
dengan mitos mistis dan menampilkan hantu-hantu atau budaya dari mitologi Indonesia
seringkali menjadi film yang paling ramai ditonton masyarakat Indonesia. Film horor
dipenuhi dengan eksploitasi unsur-unsur horor untuk membangkitkan ketegangan
penonton sebagai objektif utama. Suasana tegang dan menakutkan tersebut dapat
dibangun menggunakan latar film. Penelitian ini fokus pada mise en scene fisik dan
psikologis yang terbagi atas beberapa elemen interior, yakni backdrop, interior props,
special effects, cahaya dan bayangan, serta warna. Film ini disinyalir memiliki pesan
yang ingin disampaikan, lebih dari sekadar memvisualisasikan kisah utas Twitter yang
viral di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti
representasi mistisisme Jawa pada latar film di film KKN Desa Penari, film horor
Indonesia yang telah disaksikan setidaknya 10 juta orang dan saat ini memegang rekor
sebagai film layar lebar Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik deskriptif interpretatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literatur dan analisis visual terhadap latar
film dengan menggunakan beberapa teori pendukung seperti teori Mise en Scene,
Representasi, Semiotika Barthes, dan kajian budaya mistisisme Jawa, serta wawancara
mendalam dengan pihak pembuat film. Data yang terkumpul lalu dianalisis dan
dibandingkan untuk mengetahui representasi mistisisme pada latar film serta perannya
dalam mengkonstruksi mitos mistis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi
mistisisme Jawa pada latar film KKN di Desa Penari (UNCUT) berperan dalam
membangun mitos pedesaan sebagai area kuno dan tertinggal peradaban zaman, mitos
pedesaan yang menjunjung tinggi etika dan nilai budaya Jawa dan mitos masyarakat
pedesaan yang menganut paham mistisisme Jawa. Hasil temuan dari penelitian ini
dapat memberikan penegasan kepada para sineas, apresiator, dan kalangan akademisi
bahwa penyampaian pesan atau mitos didalam film tidak harus ditampilkan atau
diceritakan secara eksplisit, namun juga dapat disampaikan secara implisit dari
permainan tanda visual pada unsur sinematik seperti mise en scene latar pada film.