Esensinya, sepakbola merupakan pergerakan sosial untuk mencapai satu tujuan.
Kemudian, sepakbola berevolusi menjadi suatu industri hingga saat ini sehingga
setiap aktivitas dan produknya bisa menjadi suatu komoditas dengan tujuan meraih
keuntungan. Di antara lima produk yang menghasilkan pendapatan untuk tim sepak
bola, jersey sepakbola telah berkembang dari sekedar penanda pemain di lapangan,
identitas tim dan suporter, hingga menjadi elemen penting untuk tujuan komersial
dan pemasaran, sampai membentuk identitas dan citra diri. Hal ini juga terjadi di
industri sepak bola Indonesia khususnya berdampak pada timnas sepak bola
Indonesia yang menyematkan lencana Garuda Pancasila dan warna bendera Merah
Putih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur tanda dari
jersey Timnas sepakbola Indonesia serta mengidentifikasi dari pengaruh elemenelemen tanda dalam jersey terhadap penggunanya yang merupakan non-pemain.
Objek penelitian ini adalah jersey kandang dan non-penjaga gawang Timnas
sepakbola Indonesia edisi tahun 2022 - 2024 berwarna dasar merah. Tesis ini
menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes, ideologi Louis Althusser, dan
fetisisme simbol nasional dari Kuryel. Meski ada beberapa penelitian sebelumnya
yang membahas tentang jersey sepakbola, namun belum ada penelitian yang
menyinggung secara spesifik tentang jersey tim nasional, khususnya jersey timnas
sepakbola Indonesia. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode analisis teks Roland Barthes, melakukan observasi ke stadion
Gelora Bung Karno saat pertandingan Timnas Indonesia di kompetisi Piala AFF
bulan Desember 2022, serta melakukan wawancara dengan masyarakat Indonesia
yang memiliki dan menggunakan jersey Timnas Indonesia.
Dalam aspek yang ditinjau dari struktur tanda, penelitian ini mampu
mengungkapkan bahwa narasi kesatuan, kebersamaan, dan kebhinekaan yang
digaungkan secara sengaja oleh Presiden Soekarno sejak masa awal kemerdekaan
adalah mitos yang terungkap dalam jersey Timnas sepakbola Indonesia, sehingga
ideologi yang hadir dalam jersey Timnas Indonesia ini adalah ideologi nasionalisme
Indonesia dan mampu tertanam hingga saat ini. Namun fenomena industri
sepakbola secara menyeluruh yang menjadikan jersey Timnas Indonesia adalah
bagian dari produk komoditas yang bisa digunakan oleh konsumen dan masyarakat
berperan besar dalam pembentukan mitos dan ideologi yang berorientasi pada
kapitalis dan komodifikasi sehingga menimbulkan pemaknaan yang berlapis dan
saling tumpang tindih. Antara ideologi nasionalisme dan ideologi kapitalis dalam
jersey Timnas Indonesia tidak akan mampu dipisah-pisahkan atau dibatas-batasi
karena dominan dari masing-masing ideologi akan dipengaruhi oleh konteks ruang
dan waktu. Sementara itu, jersey Timnas sepakbola Indonesia mampu memberikan
pengaruh yang beraneka ragam terhadap penggunanya, dari aspek pembentukan
citra diri yang mampu memberikan rasa kegagahan dan kebanggaan dari elemen
tanda yang tersemat, terciptanya jaringan bisnis yang diakibatkan oleh citra dari
merek Timnas Indonesia itu sendiri, menjadi sarana edukasi dan perawatan sejarah,
serta menjadi sarana pembentukan jaringan sosial membentuk suatu komunitas.
Oleh karena itu, pemaknaan jersey timnas Indonesia mampu melampaui fisiknya
lebih dari sekedar sehelai kain yang digunakan di lapangan tetapi bisa menjadi
bagian dari memperlihatkan dan menunjukkan identitas diri penggunanya di tengah
masyarakat. Meski begitu, jersey Timnas Indonesia dianggap mengalami perluasan
pemaknaan dan fungsinya tanpa menghilangkan esensi dan makna aslinya. Dengan
menyoroti interaksi kompleks antara identitas nasional, kepentingan ekonomi dan
bisnis, dan elemen tanda dalam konteks sepak bola dan merk, temuan penelitian ini
diharapkan mampu memajukan bidang studi desain dan semiotika melalui sepak
bola