Individu yang mengalami gangguan penglihatan warna atau Color Vision
Deficiency menghadapi sejumlah tantangan dalam berbagai aktivitas sehari – hari
yang melibatkan identifikasi warna, seperti memilih kombinasi pakaian yang
tepat, mengenali buah – buahan yang matang, dan tugas – tugas serupa. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat illuminan
pencahayaan buatan yang terbaik untuk mengidentifikasi perbedaan warna pada
individu dengan Color Vision Deficiency di Indonesia, yang memiliki prevalensi
sekitar 0,7%. Penelitian ini berfokus pada analisis data eksperimental secara
kuantitatif untuk mengevaluasi pengaruh jenis – jenis tingkat illuminan
pencahayaan buat atau pencahayaan buatan terhadap identifikasi perbedaan warna
pada peserta yang mengalami CVD.
Eksperimen dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif quasi –
eksperimental desain dengan tipe within group design. Jenis eksperimen yang
digunakan adalah Repeated Measures Experiment Design dimana peserta dalam
kelompok berpartisipasi dalam semua perlakuan eksperimental dengan masing –
masing kelompok menjadi control group itu sendiri. Eksperimen melibatkan
sampel individu yang telah didiagnosis menderita CVD oleh ophthalmologist
dengan jenis CVD trikomatik (Protonomali dan Deutronomali) dan dikromatik
(Protonopia dan Deuteranopia). Uji identifikasi perbedaan warna menggunakan
sistem warna NCS atau Natural Color System sebagai standarisasi alat eksperimen
dengan menggunakan cara pengerjaan yang mengadaptasi tes Fransworth
Munsell. Peserta dalam penelitian ini ditempatkan dalam kondisi penerangan
buatan yang berbeda, termasuk variasi illuminan penerangan serta latar belakang
warna yang berbeda untuk setiap kategori eksperimen.
Data kuantitatif yang dianalisis dalam penelitian ini berfokus pada 3 faktor
penilaian, yaitu akurasi, kecepatan dan jumlah langkah yang diperlukan peserta
untuk menyelesaikan tugas penyusunan warna untuk identifikasi perbedaan warna
di bawah beberapa tingkat illuminan yang berbeda. Tingkat illuminan yang
digunakan terdiri dari 5 jenis tingkatan, yaitu 100 – 200 lux, 200 – 300 lux, 300 –
400 lux, 400 – 500 lux, dan 500 – 600 lux. Untuk menganalisis data tersebut
ii
dilakukan analisis statistik dan perbandingan hasil dari setiap tingkat illuminan
dalam kategori – kategori tersebut. Analisis dilakukan guna menguji secara
terukur sejauh apa perbedaan hasil identifikasi warna pada setiap tingkat
illuminan dan mengetahui pada tingkat illuminan berapa identifikasi perbedaan
warna paling efektif terjadi pada penderita CVD.
Temuan penelitian menunjukan bahwa illuminan pencahayaan buatan sebesar 300
hingga 500 lux memberikan hasil identifikasi perbedaan warna yang paling
optimal. Dimana hasil penilaian dari faktor durasi, akurasi dan jumlah langkah
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas pengujian mendapati bahwa
illuminan tersebut mendapatkan penilaian yang paling baik jika dibandingkan
tingkatan lainnya. Implikasi dari penelitian ini dapat membantu CVD dalam
beraktivitas sehari – hari, contoh menerapkan hasil illuminan ini pada area jual
beli daring segar di supermarket, sehingga individu dengan CVD lebih mudah
dalam mengidentifikasi kesegaran daging tersebut. Dengan memperhatikan dan
menerapkan pencahayaan yang tepat, diharapkan kualitas hidup individu dengan
CVD dapat ditingkatkan, dan Desain Interior sebagai bidang ilmu yang dekat
dengan penggunanya dalam sebuah ruangan dapat berkontribusi dalam
peningkatan tersebut.