digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Individu yang mengalami gangguan penglihatan warna atau Color Vision Deficiency menghadapi sejumlah tantangan dalam berbagai aktivitas sehari – hari yang melibatkan identifikasi warna, seperti memilih kombinasi pakaian yang tepat, mengenali buah – buahan yang matang, dan tugas – tugas serupa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat illuminan pencahayaan buatan yang terbaik untuk mengidentifikasi perbedaan warna pada individu dengan Color Vision Deficiency di Indonesia, yang memiliki prevalensi sekitar 0,7%. Penelitian ini berfokus pada analisis data eksperimental secara kuantitatif untuk mengevaluasi pengaruh jenis – jenis tingkat illuminan pencahayaan buat atau pencahayaan buatan terhadap identifikasi perbedaan warna pada peserta yang mengalami CVD. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif quasi – eksperimental desain dengan tipe within group design. Jenis eksperimen yang digunakan adalah Repeated Measures Experiment Design dimana peserta dalam kelompok berpartisipasi dalam semua perlakuan eksperimental dengan masing – masing kelompok menjadi control group itu sendiri. Eksperimen melibatkan sampel individu yang telah didiagnosis menderita CVD oleh ophthalmologist dengan jenis CVD trikomatik (Protonomali dan Deutronomali) dan dikromatik (Protonopia dan Deuteranopia). Uji identifikasi perbedaan warna menggunakan sistem warna NCS atau Natural Color System sebagai standarisasi alat eksperimen dengan menggunakan cara pengerjaan yang mengadaptasi tes Fransworth Munsell. Peserta dalam penelitian ini ditempatkan dalam kondisi penerangan buatan yang berbeda, termasuk variasi illuminan penerangan serta latar belakang warna yang berbeda untuk setiap kategori eksperimen. Data kuantitatif yang dianalisis dalam penelitian ini berfokus pada 3 faktor penilaian, yaitu akurasi, kecepatan dan jumlah langkah yang diperlukan peserta untuk menyelesaikan tugas penyusunan warna untuk identifikasi perbedaan warna di bawah beberapa tingkat illuminan yang berbeda. Tingkat illuminan yang digunakan terdiri dari 5 jenis tingkatan, yaitu 100 – 200 lux, 200 – 300 lux, 300 – 400 lux, 400 – 500 lux, dan 500 – 600 lux. Untuk menganalisis data tersebut ii dilakukan analisis statistik dan perbandingan hasil dari setiap tingkat illuminan dalam kategori – kategori tersebut. Analisis dilakukan guna menguji secara terukur sejauh apa perbedaan hasil identifikasi warna pada setiap tingkat illuminan dan mengetahui pada tingkat illuminan berapa identifikasi perbedaan warna paling efektif terjadi pada penderita CVD. Temuan penelitian menunjukan bahwa illuminan pencahayaan buatan sebesar 300 hingga 500 lux memberikan hasil identifikasi perbedaan warna yang paling optimal. Dimana hasil penilaian dari faktor durasi, akurasi dan jumlah langkah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas pengujian mendapati bahwa illuminan tersebut mendapatkan penilaian yang paling baik jika dibandingkan tingkatan lainnya. Implikasi dari penelitian ini dapat membantu CVD dalam beraktivitas sehari – hari, contoh menerapkan hasil illuminan ini pada area jual beli daring segar di supermarket, sehingga individu dengan CVD lebih mudah dalam mengidentifikasi kesegaran daging tersebut. Dengan memperhatikan dan menerapkan pencahayaan yang tepat, diharapkan kualitas hidup individu dengan CVD dapat ditingkatkan, dan Desain Interior sebagai bidang ilmu yang dekat dengan penggunanya dalam sebuah ruangan dapat berkontribusi dalam peningkatan tersebut.