digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rahmi Kharisma Primastuti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Inflamasi merupakan respon imun tubuh terhadap stimulus seperti patogen atau senyawa toksik yang apabila terjadi secara berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh. Gejala inflamasi seperti kemerahan, bengkak, panas, dan sakit dapat diredakan menggunakan obat-obatan dari golongan steroid dan non steroid. Namun, penggunaan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan bagi tubuh. Berbagai studi mengenai potensi ekstrak tanaman, khususnya pepaya (Carica papaya L. var Calina) sebagai agen terapeutik telah dilakukan. Namun, belum ada studi yang membandingkan potensi ekstrak buah dan biji pepaya secara langsung sebagai agen anti inflamasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah dan biji pepaya terhadap respon imun innate dan proses regenerasi jaringan luka pada hewan uji. Pengujian toksisitas ekstrak dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui efek toksik dan risiko yang dapat ditimbulkan akibat pemberian ekstrak terhadap hewan uji. Selanjutnya, dilakukan pemaparan ekstrak dnegan metode imersi. Embrio zebrafish (Danio rerio) berumur 10 hpf/hours post fertilization (n=60/kelompok) diperlihara dalam medium E3 1X + 0,003% PTU selama 24 jam. Embrio berumur 1 dpf/day post fertilization dipaparkan dengan masing-masing larutan uji dan kontrol. Larutan uji terdiri dari ekstrak buah pepaya pelarut air (BUPA), ekstrak buah pepaya pelarut metanol (BUPM), ekstrak biji pepaya pelarut air (BIPA), dan ekstrak biji pepaya pelarut metanol (BIPM) masing-masing menggunakan konsentrasi LC25. Kontrol negatif menggunakan medium E3 1X + 0,003% PTU sedangkan kontrol positif menggunakan dexamethasone (DEX). Setelah diperlihara selama 48 jam, dilakukan amputasi sirip kaudal larva zebrafish (3 dpf) dan pewarnaan. Pewarna Neutral red digunakan untuk mengidentifikasi makrofag sedangkan pewarna Sudan black untuk mengidentifikasi neutrofil. Pewarnaan dilakukan pada 4 jam dan 48 jam setelah amputasi sirip kaudal. Pengujian toksisitas menunjukkan bahwa ekstrak buah dan biji pepaya termasuk dalam toksisitas kategori 4 yaitu tidak berbahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan masing-masing ekstrak memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah makrofag dan neutrofil di area luka jika dibandingkan dengan kontrol negatif pada pengamatan 4 jam (p<0,05), namun setelah 48 jam sebagian hasil perlakuan menjadi tidak signifikan terhadap kontrol negatif (p>0,05). Seluruh hasil perlakuan ekstrak tidak berbeda signifikan terhadap kontrol positif (p>0,05). Seluruh perlakuan ekstrak memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan luas area regenerasi jika dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif (p<0,05). Hal ini menunjukkan ekstrak biji dan buah pepaya mampu menghambat migrasi neutrofil dan makrofag ke area luka sehingga mengakibatkan terhambatnya proses regenerasi sirip kaudal larva zebrafish. Hasil ini diduga karena berdasarkan hasil uji GC-MS, ditemukan kelompok senyawa asam lemak, hidrokarbon, dan aromatik yang memiliki aktivitas anti inflamasi dan antioksidan. Ekstrak biji pepaya secara konsisten menunjukkan hasil penurunan jumlah makrofag dan neutrofil yang lebih rendah dari ekstrak buah pepaya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya berpotensi lebih besar dalam menurunkan jumlah makrofag dan neutrofil di area luka dibandingkan dengan ekstrak buah pepaya.