digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di tengah pemenuhan kebutuhan vaksin n-2 yang harus dipenuhi, terdapat permasalahan yang menyebabkan proses produksi menjadi terhambat. Tingginya frekuensi kerusakan mesin produksi menjadi permasalahan yang juga mengakibatkan proses produksi menjadi lebih Panjang dan produk yang dihasilkan tidak dapat diserap secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Kerugian yang muncul dari produk yang cacat, dan ancaman dari competitor merupakan focus utama yang harus diperhatikan agar perusahaan ini tetap dapat bertahan dalam industry vaksin global. Aktivitas preventive maintenance yang selama ini dilakukan dirasa belum optimal dikarenakan lebih banyaknya aktivitas perbaikan yang dilakukan daripada preventive maintenance dan mengakibatkan waktu kerusakan yang tinggi. Data history kerusakan menunjukkan bahwa 35% dari jumlah keseluran batch produksi mengalami kerusakan mesin di tengah proses produksinya. Hasil dari study menggunakan Analisa kuantitatif menunjukkan bahwa OEE dari Integrated Filling Machine hanya sebesar 55%, jauh di bawah standar dari OEE ideal yaitu 95%. Study Analisa kualitatif juga dilakukan untuk lebih mendalami penyebab terjadinya hambatan dalam proses produksi ini yang melibatkan antara unit kerja produksi dan unit kerja tim maintenance. Study dan Analisa dilakukan untuk mengetahui akar masalah dari tingginya gangguan yang mengakibatkan kerugian dan hambatan pada proses produksi. Dengan menggunakan Current Realty Tree yang didasari oleh Analisa kuantitatif dan kualitatif didapatkan bahwa penyebab utama dari tingginya hambatan pada mesin filling terintegrasi adalah aktivitas maintenance yang kurang optimal dimana prosedur preventive maintenance yang tidak jelas ditambah dengan kebiasaan dari tim maintenance yang masih lebih banyak melakukan Breakdown Maintenance daripada Preventive Maintenance. Untuk menyelesaikan permasalahan disiapkan tiga alternatif yang dapat digunakan yaitu Autonomous Maintenance, Planned Maintenance, dan Principal Service Agreement dimana masing-masing alternative dipilih dengan pertimbangan atas kebutuhan produksi dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Dari ketiga alternatif yang diberikan akan dilakukan Analytical Hierarchy Process untuk menentukan alternatif mana yang lebih cenderung dapat diimplementasikan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya yang dilakukan dengan memberikan kuosioner kepada pemangku kepentingan yang paling bertanggung jawab kepada proses produksi ini. Planned maintenance dipilih sebagai solusi yang paling dapat memenuhi kebutuhan atas setiap pemangku kepentingan dengan resiko yang paling dapat dimitigasi dan memiliki kelebihan yang dapat menutupi permasalahan yang terjadi selama proses produksi ini berjalan. Planned maintenance dapat diimplementasikan dengan beberapa Langkah yang dimulai dengan persiapan dan diakhiri dengan evaluasi yang direncanakan dapat diimplementasikan mulai dari pertengahan tahun 2023.