digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ekky Maulidin
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Cita cita negara akan pembangunan rendah emisi karbon di ibu kota baru merupakan langkah yang berani untuk kemajuan bangsa. Hal tersebut muncul dari hasil pertimbangan atas kondisi Jakarta sebagai ibu kota sekarang yang dirasa sudah tidak sanggup lagi menanggung beban ganda sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, yang berakibat munculnya banyak resiko berpotensi menghilangkan nilai keamanan dan keberlangsungan suatu negara. Maka dengan kepindahannya ke Paser, Kalimantan Timur membawa semangat keberlangsungan negara ditempat baru yang memiliki potensi dan resiko yang dapat dikendalikan dan menjadi percontohan bagi kota kota berkembang lainnya di Indonesia. Seperti yang sudah diketahui publik bahwa pembangunan Ibu kota nusantara ini berskala besar bagi negara seperti indonesia, menjadikan pembangunan di daerah ini dibayangi oleh dampak perusakan kondisi alam yang kian hari kian memburuk, hal tersebut terlihat jelas pada peringkat Indonesia sebagai negara penghasil karbon tertinggi karbon di dunia. Maka sebagai wujud komitmen untuk menjadi kota berkemajuan, kawasan ini haruslah memiliki akses yang baik dan pembangunan yang tepat pula. Oleh karena itu memiliki cita cita berupa pembangunan rendah karbon akan diwujudkan dalam pendekatan nearly zero energy yang memiliki tujuan berupa mengurangi penggunaan energi pada bangunan seminimal mungkin sehingga emisi karbon diluar site dapat ditekan bahkan hampir menjadi nol. Dalam konteks ini, tantangannya adalah bagaimana metode nearly zero energy dapat berkolaborasi dengan bangunan stasiun kereta cepat sebagai moda transportasi umum utama antarkota. Dengan menerapkan desain rendah energi dan karbon dalam bangunan, diharapkan menjadikan desain dan hasil dari pendekatan ini menjadi panduan bagi pembangunan dengan metode serupa, terutama di kawasan Ibu Kota Baru, sebagai komitmen bangsa dalam memperbaiki kondisi lingkungan dan memajukan negara.