digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cryptocurrency merupakan peningkatan signifikan di era digital yang telah mengubah cara kita berpikir tentang uang. Cryptocurrency pertama adalah Bitcoin, diperkenalkan pada tahun 2009 dan diciptakan oleh Nakamoto. Karena potensi naik turunnya, banyak orang kini menganggap bahwa cryptocurrency layak digunakan sebagai instrumen investasi, terutama kalangan milenial yang tertarik dengan alternatif investasi berisiko tinggi. Sejumlah pilihan investasi yang berbeda seperti cryptocurrency, emas, dan aset konvensional lainnya seperti ekuitas dan obligasi memiliki karakteristik dan kelebihan yang unik. Penting bagi investor untuk memahami persamaan dan perbedaan antara mata uang kripto dan aset lainnya untuk membuat portofolio yang terdiversifikasi. Dalam studi ini, portofolio optimal akan dibangun menggunakan Bitcoin, Emas, Indeks LQ45, dan ABF IBI sebagai representasi dari Indeks Obligasi Indonesia. Mean-Variance Optimization akan digunakan sebagai metode alokasi aset, dan akan dibandingkan dengan metode lain seperti Risk Parity, 60/40 Portfolio, dan Equally Weighted untuk menemukan risk-adjusted return yang lebih baik. Analisis rasio Sharpe digunakan untuk mengevaluasi kinerja portofolio yang dihasilkan dari setiap metode. Strategi investasi akan disimulasikan untuk mengetahui strategi mana yang akan menghasilkan total return terbaik pada akhir periode simulasi. Berdasarkan risiko, pengembalian, dan rasio Sharpe, Bitcoin dapat berkinerja lebih baik daripada emas, LQ45, dan ABF IBI. Selanjutnya, Mean-Variance Optimization menghasilkan rasio Sharpe yang paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Bobot optimal dari konstruksi portofolio menggunakan MeanVariance Optimization mengalokasikan 53% untuk indeks ABFI, 40% untuk Bitcoin, dan 7% untuk emas, yang menghasilkan pengembalian portofolio 48,2%, risiko portofolio 40,44%, dan rasio Sharpe 1077,8%. Dari simulasi strategi investasi, strategi quarterly rebalancing ditemukan sebagai strategi terbaik dengan total return 223,36%.