digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-COVER.pdf


2007 TA PP DESRA NINDITA 1-BAB1.pdf

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-BAB2.pdf

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-BAB3.pdf

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-BAB4.pdf

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-BAB5.pdf

2007 TA PP DESRA NINDITA 1-PUSTAKA.pdf

Abstrak: Wilayah Jawa Barat Selatan seringkali disebut sebagai wilayah tertinggal dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Ketertinggalan wilayah dihadapkan pada jumlah penduduk yang semakin bertambah dan kebutuhan pembangunan yang semakin besar dapat menimbulkan tekanan yang cukup berat terhadap sumber daya alam dan lingkungannya sehingga lambat laun akan mengancam keberlanjutan wilayah tersebut. Persoalan ketidakberlanjutan di Wilayah Jawa Barat Selatan dapat mempengaruhi keberlanjutan wilayah lain maupun nasional. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi untuk memperjelas pemahaman mengenai aspek keberlanjutan dalam pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi seberapa jauh Wilayah Jawa Barat Selatan mampu mewujudkan keberlanjutannya. Keberlanjutan wilayah dalam penelitian ini dipahami bergantung pada beberapa aspek yang saling mengait dan menunjang, yaitu aspek ekonomi, sosial, lingkungan (aspek utama), dan aspek pendukung. Kinerja masing-masing aspek dimonitor dengan menggunakan beberapa indikator. Pembangunan wilayah dipandang lebih mengarah pada keberlanjutan jika kinerja keseluruhan aspek/indikator membaik dan mengarah pada kondisi keseimbangan antara kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa selama kurun waktu 11 tahun (tahun 1993-2004), pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan belum mengarah pada kondisi keberlanjutan seperti yang diharapkan. Pembangunan wilayah tersebut baru memberikan perbaikan kinerja pada sebagian aspek/indikator dan belum mengarah pada kondisi keseimbangan antara kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam lingkup eksternal, khususnya jika dibandingkan dengan Jawa Barat, Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal positif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dengan kinerja yang relatif baik pada sebagian kecil indikator ekonomi, sosial, maupun pendukungnya. Wilayah tersebut juga memiliki modal positif dengan kinerja yang relatif membaik pada aspek lingkungannya. Namun, kinerja sebagian besar indikator ekonomi, sosial, maupun pendukung lainnya yang masih relatif buruk menunjukkan bahwa wilayah tersebut masih harus mempercepat pembangunannya dalam beberapa hal untuk mengejar atau mengurangi ketertinggalannya dan memperkuat dukungannya bagi keberlanjutan Jawa Barat maupun nasional. Dalam lingkup internal, Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal positif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dengan kinerja ekonomi yang relatif baik/membaik di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya; kinerja sosial yang relatif baik di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut; serta kinerja lingkungan yang relatif baik/ membaik di Kabupaten Garut, Cianjur, dan Sukabumi. Pada sisi lain, wilayah tersebut juga masih memiliki kelemahan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan kinerja ekonomi yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Cianjur, Sukabumi, dan Garut; kinerja sosial yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Cianjur, Sukabumi, dan Ciamis; serta kinerja lingkungan yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya.