EMBARGO  2027-05-21 
EMBARGO  2027-05-21 
EMBARGO  2027-05-21 
EMBARGO  2027-05-21 
EMBARGO  2027-05-21 
EMBARGO  2027-05-21 
Polisakarida merupakan polimer kompleks monosakarida yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Pada mikroorganisme, polisakarida dapat dihasilkan oleh bakteri, fungi, mikroalga, dan cyanobacteria. Berbeda dengan polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri dan fungi, polisakarida dari mikroalga umumnya mengandung gugus metil dan sulfat yang memiliki berbagai manfaat di industri nutrasetikal, terapeutik, kosmetik, dan pangan karena sifat reologi dan kesehatannya. Porphyridium cruentum merupakan salah satu mikroalga potensial penghasil polisakarida sulfat. Polisakarida ini dapat ditemukan dalam bentuk intracellular cell-bound dan extracellular polysaccharides (ICBPS dan EPS). Mode kultivasi mixotrofik menggunakan karbon organik sebagai faktor nutrisi dan cahaya sebagai faktor lingkungan, telah terbukti efektif untuk meningkatkan pertumbuhan biomassa dan akumulasi berbagai produk bernilai tinggi seperti lipid dan pigmen pada mikroalga. Akan tetapi, penelitian terkait produksi ICBPS dan EPS dengan mode mixotrofik masih terbatas karena tingginya biaya produksi, utamanya akibat biaya karbon organik yang tinggi seperti glukosa. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh konsentrasi sumber karbon organik yang murah, berupa gliserol dan air limbah tahu, serta pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan biomassa dan produksi ICBPS dan EPS pada P. cruentum. Gliserol divariasikan pada konsentrasi 3 dan 10 g L-1, sementara air limbah tahu divariasikan pada konsentrasi 5 dan 10%-v v-1. Intensitas cahaya divariasikan pada 52 dan 88 ?mol m-2 s-1. Hasil studi menunjukkan pertumbuhan biomassa dan produksi polisakarida meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi karbon organik dan intensitas cahaya. Konsentrasi biomassa, ICBPS, dan EPS tertinggi diperoleh pada variasi gliserol 10 g L-1 dan intensitas cahaya 88 ?mol m-2 s-1 dengan perolehan secara berturut-turut yaitu 14,13, 0,67, dan 0,61 g L-1. P. cruentum juga menunjukkan kemampuan yang baik untuk pengolahan air limbah yang diindikasikan dengan reduksi COD hingga 82,91%.