digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati memiliki kandungan vitamin E hingga 600?1000 ppm. Vitamin E dengan aktivitas antioksidan yang baik dan nilai ekonomi yang tinggi pada minyak kelapa sawit jumlahnya meningkat 5 kali lipat seiring dengan pengolahan pemunian crude palm oil (CPO) menghasilkan produk samping berupa palm fatty acid distillate (PFAD). Hal ini menunjukkan bahwa PFAD memiliki potensi yang baik sebagai bahan baku untuk memperoleh vitamin E. Vitamin E bermanfaaat sebagai bahan aditif pangan dan memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Aktivitas antioksidan pada vitamin E dapat menghambat pembentukan radikal bebas dan mencegah berbagai penyakit seperti kanker serta membantu merawat kesehatan kulit. Vitamin E pada PFAD bercampur dengan asam lemak bebas sehingga diperlukan proses pemisahan. Vitamin E dapat dipisahkan melalui teknologi proses yang menghilangkan komponen lemak dan komponen tak tersabunkan. Berbagai teknologi proses pemisahan di antaranya ekstraksi dengan pelarut, saponifikasi, adsorpsi, distilasi, esterifikasi, dan proses enzimatik. Perolehan vitamin E tinggi dapat dihasilkan dengan mengkombinasikan beberapa teknologi proses yang tersedia. Untuk meningkatkan kemurnian vitamin E yang diperoleh dari PFAD, vitamin E diekstrak menggunakan pelarut n-heksana, etanol, dan air yang didahului dengan proses homogenisasi dan netralisasi untuk menghilangkan asam lemak bebas. Proses homogenisasi dilakukan dengan pendispersi air dan netralisasi dilakukan dengan penambahan basa Magnesium oksida (MgO). Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan beberapa pelarut antara lain n-heksana, etanol, dan air untuk mengikat masing-masing komponen berdasarkan indeks polaritasnya sehingga vitamin E dapat dipisahkan dari asam lemak bebas dan komponen lainnya. Selanjutnya hasil ekstraksi dievaporasi untuk memisahkan pelarut dengan konsentrat vitamin E. Pada penetilian ini ditetapkan variabel suhu dan komposisi pelarut saat ekstraksi yang divariasikan. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikansi komposisi pelarut dan suhu ekstraksi terhadap rendemen dan kemurnian vitamin E meliputi angka asam, total tokoferol dan aktivitas antioksidan. Analisis statistik dilakukan untuk menentukan signifikansi masing masing varibel terhadap respons. Berdasarkan hasil analisis varians, variabel suhu dan rasio pelarut saling berpengaruh signifikan dengan nilai p value <0,05. Kemurnian vitamin E sangat dipengaruhi oleh variabel, semakin rendah rasio etanol dan semakin tinggi suhu ekstraksi yang digunakan, semakin tinggi rendemen dan kemurnian vitamin E yang diperoleh. Rendemen tertinggi vitamin E terhadap PFAD adalah 13,07%-b/b dalam komposisi pelarut n-heksana:etanol:air 45:10:45 pada suhu 65oC. Konsentrat vitamin E kemurnian tinggi diperoleh dengan angka asam terendah 15,50 mg KOH/g sampel dan aktivitas antioksidan sangat kuat (nilai IC50 17,07 ppm) pada komposisi n-heksana:etanol:air 40:20:40 suhu 60oC. Untuk mementukan kondisi optimal ekstraksi, optimasi dilakukan dengan desain komposit pusat dan dianalisis dengan response surface metodologi (RSM) dengan modifikasi pada desain komposit pusat melalui penambahan titik aksial terhadap respons rendemen dan kemurnian vitamin E. RSM dinilai sebagai teknik paling efektif untuk menentukan kondisi optimal suatu proses manufaktur. RSM umumnya digunakan untuk estimasi parameter dan menyesuaikan model menggunakan analisis regresi berganda. Selain itu RSM digunakan untuk menguji interaksi dari dua variabel independen dan interaktif untuk memperoleh kondisi optimal. Desai komposit atau central composite design (CCD) yang digunakan pada penelitian ini karena sifatnya yang efisien dan fleksibilitasnya yang menyediakan jumlah data dengan mengurangi jumlah percobaan. Kondisi optimal diperoleh dengan menggunakan pengoptimal pada Minitab. 18 dengan rendemen vitamin E terhadap PFAD 13,07%-b/b dan nilai IC50 28,61 ppm (aktivitas antioksidan sangat kuat). Kondisi optimum diperoleh pada persentase pelarut n-heksana:etanol:air sebesar 39,5:21:39,5 dan suhu ekstraksi 50,07oC. Hasil optimasi menunjukkan nilai desaribility 0,93 setara dengan 93% dengan nilai R2 model yang diperoleh pada rentang 0,92?0,98.