digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Selain sebagai bisnis yang berfokus untuk menghasilkan keuntungan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga memiliki tanggung jawab tambahan untuk membantu kemajuan ekonomi nasional dan terlibat dalam percepatan pembangunan. Ada banyak taktik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja BUMN, seperti restrukturisasi dengan membentuk holding BUMN. Agar manajemen dapat beroperasi seefektif mungkin, beberapa BUMN yang bergerak di industri yang sama direorganisasi menjadi perusahaan induk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dan mengkaji kinerja keuangan perusahaan farmasi BUMN dengan menganalis rasio keuangan dan penilaian tingkat kesehatan keuangan BUMN yang meliputi PT Bio Farma (BIOF), PT Kimia Farma (KAEF), PT Indofarma (INAF) dan sebagai dasar konsolidasi sebelum dan sesudah restrukturisasi melalui pembentukan holding pada tahun 2017 - 2022. Perhitungan juga dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji t berpasangan pada periode sebelum holding tahun 2017-2019 dan setelah holding tahun 2020-2022 untuk mengetahui perbedaan yang signifikan. Temuan menunjukkan bahwa rasio keuangan BUMN farmasi pada periode sebelum dan sesudah pembentukan holding tahun 2017-2022 sebagian besar mengalami penurunan dan tingkat kesehatan dari sehat menjadi kurang sehat. Namun, dengan menggunakan uji-t berpasangan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kinerja keuangan profitabilitas, leverage, atau likuiditas ketika dianalisis untuk masing-masing BUMN. Namun, jika dilihat secara konsolidasi, ROI sebelum dan sesudah konfigurasi holding berbeda secara signifikan. Dengan menganalisis positioning matrix, dapat disimpulkan bahwa sebelum holding, masing-masing BUMN farmasi memiliki komposisi Total Aset dan Total Pendapatan di bawah kompetitornya, yaitu perusahaan farmasi swasta nasional, Kalbe Farma. Setelah melalui restrukturisasi, holding BUMN farmasi memiliki posisi yang mendekati Kalbe Farma.