digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dhara Brawijaya
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Dhara Brawijaya
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan

Kekeringan adalah bencana yang terjadi secara perlahan yang mempengaruhi wilayah yang luas. Kejadian kekeringan ekstrem terjadi dalam skala waktu dekade dengan dampak nasional, yang membutuhkan prediksi iklim skala dekade untuk mengantisipasinya. Saat ini WMO telah membentuk Decadal Climate Prediction Project (DCPP), yang menyediakan prediksi iklim skala dekade. Akan tetapi, produk DCPP yang didiseminasikan belum mencakup informasi terkait peluang kejadian kekeringan (terutama kekeringan ekstrem) dalam lima tahun ke depan. Sebuah metode untuk melakukan analisis bahaya kekeringan dari prediksi curah hujan DCPP telah dikembangkan dalam penelitian ini. Metode ini melibatkan perhitungan 12 bulanan Standardized Precipitation Index (SPI-12) dari luaran data mentah ansambel berdasarkan tiga (dari sembilan) model DCPP yang dipilih. Pemilihan model didasarkan pada evaluasi kinerja terhadap data curah hujan Global Precipitation Climatology Center (GPCC) periode 1962 hingga 2017. Evaluasi model dan perhitungan SPI-12 dilakukan untuk agregat spasial yang ditentukan oleh pulau dan zona musim (ZOM), serta agregat temporal 5 tahun. Kemampuan prakiraan probabilistik SPI-12 untuk kategori kekeringan sedang dan ekstrem dievaluasi dengan menggunakan metode Relative Operating Characteristics (ROC). Hasil menunjukkan bahwa ada tiga model terpilih yang berbeda untuk masing-masing daerah yang diagregasi, tetapi model MOHC secara konsisten muncul di 9 dari 11 daerah. Ditemukan juga bahwa, meskipun tidak ada kalibrasi yang diterapkan, nilai SPI yang dihitung dari model menunjukkan distribusi yang sebanding dengan hasil pengamatan. Perbandingan antara probabilitas yang dihitung dari model ansambel dan pengamatan untuk SPI-12 dari berbagai kategori menunjukkan terdapat tren bias model, dengan underestimate pada awal tahun studi dan overestimate pada akhir tahun 2000an. Skor ROC yang dievaluasi per dekade juga menunjukkan nilai yang berfluktuasi dengan periode terbaik tahun 1991 hingga 2000. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan yang diamati di wilayah agregasi memiliki sifat non-stasioner, yang tampaknya tidak terwakili oleh model. Mungkin penting untuk mempertimbangkan ketidakstasioneran seperti itu dalam analisis masa depan.