digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jawa Barat memiliki potensi usaha anggrek yang besar, khususnya pada jenis Phalaenopsis sp. dan Dendrobium sp. Potensi tersebut didukung dengan adanya Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI). Usaha anggrek di Jawa Barat dihadapkan pada masalah produksi yang belum optimal dan ketidakpastian masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas rantai nilai anggrek, menganalisis faktor penghambat dan pendorong usaha, serta menentukan strategi pengembangan usaha pada Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Jawa Barat. Penelitian dilakukan di 2 kota dan 6 kabupaten di Jawa Barat. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, obeservasi, dan studi pustaka. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive dan snowball sampling. Responden terdiri dari 6 breeder, 2 petani seedling, 4 petani remaja-dewasa, 6 pedagang, 2 pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, dan 1 peneliti BRIN. Aktivitas rantai nilai dipetakan menggunakan model Porter. Penilaian faktor pendorong menggunakan pendekatan Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Strategi pengembangan usaha dirumuskan dengan metode Foresight. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas rantai nilai anggrek meliputi pengadaan bahan baku dan alat produksi, produksi anggrek meliputi proses produksi planlet dan pembesaran tanaman, distribusi menggunakan jasa ekspedisi atau transportasi pribadi, pemasaran secara offline maupun online, pelayanan berupa edukasi, penggunaan teknologi kultur in vitro dan persilangan tanaman, manajemen sumberdaya manusia dengan pekerja atau tanpa pekerja, serta infrastruktur perusahaan yang belum seluruhnya memiliki legalitas usaha. Dua faktor yang paling mempengaruhi pengembangan usaha adalah peran PAI Jawa Barat dan penerapan teknologi kultur jaringan. Strategi foresight untuk pengembangan usaha 5 tahun ke depan difokuskan pada peningkatan kompetensi petani dalam menerapkan kultur jaringan dan menjamin kepastian pasar, untuk 10 tahun ke depan fokus pada pemenuhan permintaan anggrek dalam negeri minimal 50%, dan untuk 15 tahun ke depan fokus pada keberlanjutan usaha dan peningkatan daya saing.