digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Harga komoditas batubara berfluktuasi dari waktu ke waktu dan mengalami perbedaan harga yang cukup signifikan. Hal ini menuntut perusahaan pertambangan batubara untuk selalu berusaha menekan biaya produksi agar keuntungan yang diperoleh tetap tinggi. Apalagi, mulai 1 Januari 2022, KPC selaku pemegang IUPK membayar royalti sebesar 14% hingga 28% dari harga jual batu bara ekspor dari sebelumnya dengan tarif tetap 13,5%. Untuk itu, manajemen KPC meminta kajian apakah pengoperasian dan pemeliharaan Terminal Batu Bara Lubuk Tutung akan lebih murah jika dilakukan sendiri oleh KPC. Untuk menganalisis opsi operasional dan pemeliharaan LTCT dengan alih daya atau dilakukan sendiri oleh perusahaan, perlu dilakukan identifikasi parameter apa yang dibutuhkan dan juga bagaimana membandingkan kedua opsi tersebut dan kemudian bagaimana mengetahui bahwa opsi yang dipilih dapat bertahan di masa mendatang. Parameter utama yang diperlukan untuk mengevaluasi opsi alih daya atau dilakukan sendiri oleh perusahaan diperoleh dari perhitungan persentase komponen biaya utama pada diagram sebab akibat, yaitu produksi batubara, harga bahan bakar minyak, nilai tukar mata uang, inflasi dan kenaikan upah minimum regional. Metodologi penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan mengevaluasi opsi alih daya dibandingkan dengan dilakukan sendiri oleh perusahaan melalui perhitungan nilai bersih sekarang, analisa kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman, pengambilan keputusan multikriteria dengan pembobotan kriteria menggunakan hirarki proses analitik dan validasi. setiap pilihan menggunakan analisis sensitivitas. Berdasarkan analisis pengambilan keputusan multi-kriteria yang dilakukan, operasional dan pemeliharaan LTCT dengan opsi alih daya kontraktor memiliki skor lebih tinggi daripada dilakukan sendiri oleh perusahaan dan juga berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan didapat komponen biaya opsi alih daya lebih rendah daripada dilakukan sendiri oleh perusahaan.