digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Jovita Soegiardjo
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Jovita Soegiardjo
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Korosi merupakan proses degradasi yang terjadi secara spontan pada permukaan logam akibat interaksi kimia, biokimia, dan elektrokimia antara logam dan paduan dengan lingkungannya. Salah satu bentuk korosi yang menjadi masalah kritis di industri minyak dan gas adalah sweet corrosion. Salah satu metode pengendalian korosi pada industri tersebut adalah penambahan inhibitor. Saat ini banyak peneliti yang mengembangkan Green Corrosion Inhibitor (GCI) karena lebih ramah lingkungan dibandingkan inhibitor anorganik komersil. GCI dapat berasal dari limbah organik, salah satunya kulit rambutan yang mengandung senyawa flavonoid dan tannin. Dalam penelitian ini, ekstrak kulit rambutan dipelajari sebagai inhibitor korosi untuk baja API 5L Grade X52M dalam kondisi sweet corrosion pada larutan NaCl 3,5%berat yang diinjeksi gas CO2. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi inhibitor dan variasi waktu perendaman. Percobaan diawali dengan pembuatan ekstrak kulit rambutan, pembuatan larutan uji, dan preparasi sampel untuk pengujian. Selanjutnya dilakukan pengujian korosi dengan uji perendaman dan uji elektrokimia. Dari pengujian tersebut diperoleh nilai laju korosi dan efisiensi inhibitor. Lalu dilakukan pengolahan data dengan metode analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui signifikansi pengaruh variasi waktu perendaman dan konsentrasi inhibitor. Kemudian dilakukan juga karakterisasi permukaan, lapisan oksida dan senyawa organik pada larutan blank dan larutan dengan variabel konsentrasi inhibitor yang menghasilkan laju korosi terendah. Dari hasil uji perendaman pada variasi konsentrasi inhibitor 0 – 7 gpl diperoleh efisiensi inhibitor tertinggi pada konsentrasi inhibitor 5 gpl yaitu sebesar 80,714% untuk waktu perendaman 6 jam dan 86,142% untuk waktu perendaman 94 jam. Pada variasi waktu perendaman 6, 24, 74, dan 94 jam, efisiensi inhibitor tertinggi diperoleh pada waktu 94 jam. Dari hasil uji elektrokimia dengan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan Potentiodynamic Polarization (PDP) diperoleh efisiensi inhibitor tertinggi pada konsentrasi inhibitor 5 gpl sesuai dengan hasil uji perendaman. Dari hasil karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM) terlihat permukaan yang lebih halus pada sampel yang sudah direndam dalam larutan inhibitor dibandingkan dengan larutan blank. Terjadi peningkatan ketebalan produk korosi seiring dengan bertambahnya waktu perendaman. Namun, produk korosi pada baja yang direndam dalam larutan inhibitor 5 gpl lebih tipis dibandingkan dengan baja yang direndam dalam larutan blank. Selanjutnya, dari karakterisasi fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR) dan ultraviolet-visible spectroscopy (UV – Vis) dapat disimpulkan terdapat inhibitor yang teradsorpsi ke permukaan baja.