Vaterit merupakan salah satu polimorf kalsium karbonat yang tidak stabil secara
termodinamika. Karena sifatnya yang tidak stabil, vaterit jarang ditemukan di alam
dan mudah bertransformasi menjadi polimorf yang lebih stabil, yaitu kalsit dan
aragonit. Di sisi lain, vaterit memiliki karakteristik yang lebih unggul dibandingkan
kalsit dan aragonit, seperti luas permukaan yang besar, kelarutan yang tinggi dalam
air, berat jenis yang rendah, dan berpori. Oleh karena itu, vaterit banyak
dimanfaatkan sebagai filler dalam berbagai bidang industri, templat yang efisien
untuk drug delivery, bahan pengisi tulang, dan untuk aplikasi pulp capping di dunia
kedokteran gigi. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
vaterit adalah metode karbonasi. Metode ini mereaksikan karbon dioksida dengan
kalsium hidroksida atau garam kalsium sebagai sumber ion Ca2+ yang akan
membentuk kalsium karbonat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
nanopartikel vaterit menggunakan metode karbonasi dengan memvariasikan jenis
pelarut yang digunakan, yaitu, alkohol. Adapun pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol, etanol, 1-propanol, 2-propanol, 1-butanol, dan
akuades. Selanjutnya, dilakukan karakterisasi hasil penelitian menggunakan FTIR,
XRD, SEM, TEM, BET, dan PSA. Berdasarkan hasil karakterisasi FTIR dan XRD,
jenis pelarut sangat mempengaruhi keberhasilan sintesis vaterit dimana hanya
pelarut metanol dan etanol yang berhasil membentuk vaterit. Sedangkan, pelarut 1
propanol, 2-propanol, 1-butanol, dan akuades menghasilkan kalsit. Adapun kristal
vaterit yang dihasilkan menggunakan metanol berukuran 16,24 nm. Hasil PSA dan
SEM menunjukkan bahwa vaterit yang dihasilkan memiliki ukuran partikel 2327
nm dengan morfologi berbentuk spherical. Selanjutnya, pelarut yang optimum,
yaitu metanol, untuk pertama kalinya digunakan untuk mensintesis vaterit dari batu
kapur alam Palimanan. Hasil karakterisasi menunjukkan batu kapur alam
Palimanan berhasil membentuk vaterit dengan ukuran kristal sebesar 18,06 nm.