digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ahmad Ilham Rabbani Erawan
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Kajian risiko rendaman dilakukan di Kabupaten Indramayu dengan memproyeksikan 4 skenario rendaman dari tahun 2025-2045 menggunakan bathtub model, mengkaji kerentanan pesisir menggunakan CVI, dan kerentanan lahan menggunakan LVI. Daerah Kabupaten Indramayu yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa di bagian utara dan adanya isu perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan muka laut membuat wilayah ini memiliki potensi yang besar untuk terkena dampak dari banjir rob. Hasil proyeksi rendaman menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu pada tahun 2045 skenario 1 memiliki luas wilayah terendam sebesar 482,53 km2, lalu untuk skenario 2 seluas 584,31 km2, selanjutnya pada skenario 3 luas wilayah terendam adalah 633,04 km2, dan terakhir pada skenario 4 luas wilayah terendam adalah 715,99 km2 dengan 18 dari 31 kecamatan terdampak sangat besar. Sedangkan, hasil CVI menunjukkan kerentanan pesisir bervariasi dari sangat rendah (rank 1) hingga sangat tinggi (rank 5) dengan kerentanan tinggi (rank 4) yang paling dominan memiliki panjang ±35,86 km (29,40%). Lalu, hasil dari LVI (Land Vulnerability Index) menunjukkan kerentanan lahan sangat tinggi mayoritas berada di Kecamatan Pasekan, Indramayu, dan Losarang. Peta proyeksi rendaman dan kerentanan lahan lalu di-overlay untuk menghasilkan peta risiko rendaman. Peta risiko rendaman menunjukkan tingkat potensi kerugian akibat suatu bahaya pada kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Kecamatan yang memiliki risiko rendaman paling besar adalah Kecamatan Losarang, Pasekan, dan Indramayu. Mengingat cukup tingginya nilai CVI di wilayah tersebut, yaitu sedang (rank 3) hingga tinggi (rank 4), maka Kecamatan Losarang, Pasekan, dan Indramayu perlu diatasi lebih dahulu untuk menghadapi bahaya rendaman.